Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Heart of The E-KTP"

20 November 2017   17:22 Diperbarui: 20 November 2017   17:26 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : ShowBiz - Liputan6.com

Nasi sudah menjadi bubur, sementara Cak Lontong tidak akan sudi kalau bubur dibuatkan menjadi lontong! Tak ada gading yang tak retak dan tak ada gundul yang tak botak. Ini saat yang tepat bagi Papa untuk merenung dan introspeksi, karena hanya dia sendirilah yang bisa menolong dirinya saat ini. Kasus ini memang tidak hanya mengandung aspek hukum saja, tetapi juga kepentingan politik, sebab Papa juga adalah produk politik.

Sedari awal KPK memang tidak mau mundur untuk kasus ini, hal terkait kepada dua hal

Pertama, menyangkut citra KPK.

Walaupun berkali-kali diperiksa KPK, namun Papa ini selalu bisa lolos dari jeratan hukum. Sepertinya KPK tidak berdaya menghadapi orang yang disebut Trump sebagai orang kuat Indonesia itu. Lalu anggota DPR juga melecehkan, dengan menyebut OTT KPK hanya menyasar kelas recehan saja. Rencana pembentukan Densus Tipikor oleh Polisi juga semakin menyudutkan citra KPK. Bahkan waktu itu ada yang berniat mengumpulkan koin untuk membeli jamu kuat lelaki yang akan disumbangkan ke KPK...

Kini keadaan sudah berbalik. Hal ini berkat dukungan Presiden, Wakil Presiden dan tentu saja masyarakat luas dengan tagar #SaveKPK-nya. Bahkan papa sendiri pun tidak pernah menyangka kalau dia akan langsung mengenakan rompi oranye di malam yang gaduh itu. Apakah kini citra KPK sudah membaik? Tentu saja! Kini KPK sudah bisa bernafas lega. Mereka kini semakin ditakuti oleh PKI (Perhimpunan Koruptor Indonesia)

Kedua, untuk memaksimalkan pekerjaan KPK.

Tugas "anak-anak" hanyalah sebatas menggolkan proyek saja, dimulai dari proses penganggaran hingga ketuk palu. Dengan tetap menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah, peran Papa dalam e-KTP ini memang cukup spesifik. Ibarat "Yin dan Yang," Papa terlihat disemua lini, ada di dalam, ada juga di luar! Papa terlihat di parlemen, mengurus vendor, supplier dan juga di pemerintahan! Papa berperan seperti jantung, tempat awal dan akhiran dari seluruh kehidupan berada...

Kini Papa "sudah dalam dekapan." Dari sanalah cerita awal e-KTP ini dimulai, dan disitu pulalah akan berakhir. Situasi ini mirip-mirip dengan adegan film Titanic. Ketika itu Brock Lovett, seorang pemburu harta karun sedang berbincang dengan Rose, saksi hidup dari tenggelamnya Titanic. Lovett ingin mengetahui keberadaan kalung Heart of the Ocean yang dipakai Rose, yang konon katanya tenggelam bersama Titanic...

Brock Lovett adalah representasi dari penyidik KPK yang ingin mengetahui seutuhnya cerita dari Heart of thee-KTP ini. Dalam film Titanic penonton terkecoh, karena menyangka Heart of the Ocean memang tenggelam bersama Titanic. Bertahun-tahun Heart of the Ocean menghantui Rose, dan dia ingin menghapus kenangan itu. Kehadiran Rose di kapal ekspedisi itu justru untuk membuang Heart of the Ocean itu ketempat seharusnya dia berada. Ternyata selama ini kalung itu berada dalam tangan Rose....

Sama halnya seperti Rose, hanya Papa sendirilah yang tahu kisah lengkap Heart of thee-KTP ini. Akankah Papa bersikap seperti Rose? Nobody knows....

Salam hangat

Reinhard Freddy Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun