Setelah berjuang tanpa kenal lelah memasang perangkap "Ayat dan mayat" dalam drama perebutan kursi Balai Kota, Akhirnya pasangan Anies-Sandi resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru. Sialnya, pada hari pertamanya menjabat gubernur, Anies sudah langsung di "Ahokkan" para netizen yang tidak menyukainya, yang bisa dipastikan adalah para Ahokers!
Sama halnya ketika Ahok "terselip lidah" pada drama ayat di Pulau Pramuka, Anies juga "terselip lidah" dengan menyebut kata "pribumi" dalam pidato pelantikannya sebagai gubernur. Apakah menyebut kata "pribumi" merupakan suatu tindakan ilegal atau asusila di negeri ini? Pertanyaan mudah ini bisa menjadi rumit dan memicu kegaduhan, tergantung sudut pandang dan kepentingan dari sipenanya dan sipenjawab!
Apakah "isu pribumi" ini merupakan serangan balasan dari Ahokers kepada Anies? Sepertinya memang iya! Ketika Ahok menjabat gubernur DKI, semua serangan (mulai dari yang tidak masuk diakal sampai yang terkesan akal-akalan) tertuju kepada Ahok. Semua serangan itu tujuannya adalah agar Ahok bisa lengser keprabon dari kursi DKI.1. Â Ahok memang sudah lengser, bahkan kini mendekam dalam penjara di Mako Brimob.
Kini arah angin sudah berbalik. Anies lah kini yang menjabat kursi panas gubernur DKI itu! Dan kini semua serangan akan tertuju kepadanya. Serangan itu bahkan sudah dimulai sebelum Anies berangkat tidur keperaduannya sebagai seorang Gubernur DKI yang baru...
Apakah serangan dari netizen itu bertujuan untuk melengserkan Anies? tentu saja tidak! Para haters Anies hanya ingin agar Anies bisa merasakan "bara panas" dari kursi Gubernur DKI itu...
***
Terlepas dari serangan netizen terhadap isu "pribumi" tersebut, memang menarik mencermati kata "pribumi" ini ditinjau dari track record Anies selama ini, Manajemen kerja Gubernur DKI yang baru, dan konstelasi politik Indonesia kedepan.
Mari kita cermati uraiannya dibawah ini.
Pertama, track record Anies
Kalau ada raja kepret, maka ada juga raja retorika, yaitu Anies Baswedan! Saya sering mengikuti pidato/orasi Anies dalam rangka kampanye cagub DKI kemarin. Tidak ada ide baru dari Anies yang realistis untuk dilaksanakan. Idenya itu tampak seperti pepesan kosong yang "sedap ditelinga" tetapi susah untuk diwujudkan (misalnya rumah DP 0%)
Apakah Anies "terselip lidah" dalam menyebut kata "pribumi" ini? Jawabannya memang bisa subjektif. Tetapi dalam sudut subjektivitas juga saya mengatakan tidak! Berkaca pada kasus "ayat dan mayat," pemakaian kata "pribumi" ini memang sudah direncanakan dan diatur sedemikian rupa. Anies bukanlah orang bodoh! Dia seorang profesor, Phd dibidang Politik, mantan Rektor dan juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan.