Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahasa Simbolik di Balik Nobar G30S/PKI

30 September 2017   13:26 Diperbarui: 30 September 2017   14:05 2136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...Di negeri ini seringkali makna yang tersirat melebihi daripada makna yang tersurat...

Beberapa waktu terakhir ini Panglima TNI, Gatot Nurmantio membuat beberapa kegaduhan ditengah masyarakat. Salah satu kegaduhan itu adalah terkait kewajiban pemutaran film G30S/PKI di seluruh Koramil dan Kodim di seluruh Indonesia. Pernyataannya tersebut sontak menimbulkan berbagai reaksi yang justru mencemohkannya. Banyak warga kemudian menganggap Gatot sedang berpolitik.

Lalu apa komentar para pejabat negara lainnya?

Jawabannya hampir senada, Kalau untuk kepentingan sejarah, tentu saja akan bermanfaat... Sebuah jawaban klise, sekedar untuk menghindari konflik dengan "Jenderal garang" tersebut. Namun "Lain padang lain belalangnya!" Menhan, Ryamizard Ryacudu meminta kegiatan itu tidak dilakukan karena khawatir akan memicu keributan. Dan kenyataannya kegaduhanlah yang terjadi kemudian.

Menurut Menhan Ketetapan MPRS Nomor 25 Tahun 1966 telah membubarkan PKI. Jadi sebaiknya masalah ini tidak usah diungkit-ungkit lagi. "Nggak boleh itu membangkitkan keributan lagi. Bukan apa-apa, ntar ribut lagi. Saya sebagai Menhan nggak suka anak bangsa ribut sendiri. Nggak baik merusak pertahanan. Yang sengaja bikin ribut nggak usah saja. Saya ini lama di hutan, cukup dengan musuh saja ributnya. Dengan teman-teman nggak usah ribut. Saya nggak suka ribut-ribut" kata Menhan dalam kunjungan kerjanya ke PT Pindad, Bandung pada 18/9/2017 lalu. 

Lalu apa tanggapan sang jenderal perihal komentar orang lain terkait pemutaran film tersebut? "Iya itu memang perintah saya, mau apa? Yang bisa melarang saya hanya pemerintah" kata Jenderal Gatot kepada wartawan seusai berziarah ke makam Bung Karno di Blitar pada Senin 18/9/2017 lalu.

Pada Jumat 29 September 2017 malam kemarin, Presiden Jokowi terlihat mengenakan jaket merah, ikut hadir dalam acara nobar (nonton bareng) pemutaran film G30S/PKI bersama ribuan warga di Makorem 061/Suryakancana Bogor. Kehadiran Presiden Jokowi di Makorem tersebut tentu saja mengandung makna simbolik pula.

Mari kita cermati makna simbolik dari semua peristiwa ini.

Pertama, Nobar film G30S/PKI

Apa makna simbolik dari perintah pemutaran film ini diseluruh markas militer RI? Apa yang "tersurat" dari penggagasnya hanyalah basa-basi belaka saja. Jangankan disini, di tempat asal muasalnya saja Komunis sudah lama binasa. Dulu buku Komunis dilarang, lalu bukunya dicari-cari dan harganya sangat mahal. Kini buku komunis bahkan bisa "dicumbuin" di dalam bis kota. Tetapi tidak ada juga orang yang mau membaca buku Komunis! Orang ternyata lebih tertarik "bercumbu" dengan majalah Playboy Hugh Hefner...

Lalu kalau begitu mengapa....?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun