Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saracen, Borobudur dan Rohingya

6 September 2017   18:58 Diperbarui: 8 September 2017   00:46 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Merdeka.com

Terbongkarnya jaringan penyebar hoaks dan ujaran kebencian Saracen membuat heboh netizen tanah air, karena menyeret beberapa nama tokoh penting yang "kebetulan" dianggap kontroversial. Beberapa dari tokoh tersebut tampak berusaha "membersihkan diri" dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara berumrah ke tanah suci mengikuti jejak brisik sang legenda...

Akan tetapi Saracen itu tampak seperti "bongkahan kecil es dipermukaan air di kutub utara saja" sementara dibawah permukaan airnya tersembunyi puluhan bahkan ratusan situs sejenis. Polisi kemudian berhasil menangkap pengurus Saracen. Akan tetapi situs-situs sejenis dan pihak tertentu tetap saja terus menerus menebarkan berita hoaks, ujaran kebencian, hasutan dan adu domba dengan tujuan untuk memecah belah keutuhan NKRI!

Yang terbaru dari segala kekacauan tersebut adalah rencana demo ratusan ormas dari berbagai wilayah untuk menggelar aksi damai peduli Rohingya pada Jumat, 8 September 2017 lusa, bertempat di candi Borobudur. Entah "setan" apa yang merasuki kepala panitia untuk menghelat acara di tempat itu. Candi Borobudur adalah tempat sakral agama yang sekaligus juga cagar budaya dan merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia! Candi Borobudur bukan hanya milik Indonesia saja, tetapi juga milik dunia!

Kalau sampai ada warga yang mau melakukan aksi (terutama aksi berbau politik) di candi Borobudur tersebut, bolehlah mereka dikatakan "kudet," bodoh atau goblok, karena memang demikianlah adanya! Itulah sebabnya Kumpeni yang sebesar kutu itu bisa menjajah negeri ini selama 350 tahun dengan bermodalkan ilmu devide et impera!

Akan tetapi penggagas aksi ini, jelaslah bukan orang bodoh nan guoblok karena mereka ini adalah orang-orang yang sangat pintar, smart dan profesional, bagaikan kumpeni yang bisa mendapat jalan gratis dari Anyer sampai Panarukan dari kaum inlanderguoblok!

Aksi di candi Borobudur tersebut akhirnya gagal dilaksanakan karena polisi tidak memberikan izin. Sebagai gantinya, aksi kemudian berpindah ke Masjid An Nur, Kabupaten Magelang. Rencananya, ada tiga kegiatan yang akan dilaksanakan dalam aksi ini. Yang pertama adalah Sholat Jumat bersama di Masjid An Nur. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama untuk Rohingya. Acara pamungkas kemudian adalah penggalangan dana untuk "disalurkan" kepada warga Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Terkait penggalangan dana ini memang cukup menarik. Siapa kira-kira yang akan berangkat untuk menyampaikan dana bantuan tersebut ke Rakhine, sebab penduduk aslinya saja sudah kabur mengungsi ke daerah Bangladesh dan India gegara diserbu tentara Myanmar!

Penggagas ide aksi ini memang sangat cerdik dan cerdas untuk memanfaatkan momentum yang terjadi di negeri tetangga, Myanmar, yang timnas U-19 nya itu baru saja dikalahkan 2-1 oleh Timnas U-19 Indonesia di kandang Myanmar sendiri!

Belajar dari sukses besar meraup dana dalam berbagai aksi berkode togel dengan jargon "Penista Agama," kali ini jargon impor "pengungsi Rohingya" hendak dijual untuk meraup miliaran rupiah dana segar dari masyarakat. Disinilah "kewarasan" warga dipertaruhkan.

Tentulah warga sipil Rohingya kini menderita akibat konflik berkepanjangan diantara gerilyawan Rohingya yang bertempur dengan militer Myanmar. Mereka membutuhkan uluran tangan dari sesama untuk kebutuhan hidup mereka di pengungsian.

Akan tetapi kita harus bijaksana dan waspada terhadap pihak-pihak yang sering "mengambil kesempatan dalam kesempitan!" Bantuan sebaiknya disalurkan melalui badan-badan resmi atau lewat badan pemerintah saja agar bantuan tersebut tepat ke sasaran yang semestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun