Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jurus Cerdik Jokowi Menghadapi 4 Nopember

2 November 2016   17:58 Diperbarui: 2 November 2016   18:03 3816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa terasa dua hari lagi akan ada perhelatan akbar di Balai kota dan Istana Negara, yaitu demo massal untuk memaksa polisi agar segera menangkap Ahok karena telah melakukan penistaan agama, dan juga sekaligus memberi tekanan kepada presiden agar tidak melindungi Ahok!

Judul demo ini terkesan “maksa banget” karena polisi juga sedang memproses kasus penistaan agama ini dengan memanggil para saksi dan pengadu. Ketika polisi memanggil para saksi dan pengadu dari FPI ini untuk memberikan keterangan, anehnya Rizieq malah meminta agar proses pemeriksaan kasus ini ditunda dulu. Padahal judul demonya “segera tangkap Ahok!”

Kalau saksi dan pengadu tidak mau memberikan keterangan, bagaimana caranya untuk “menangkap” Ahok? Negara kita adalah negara hukum. Jangankan untuk menangkap, untuk meminta keterangan saksi saja harus memakai surat undangan. Kalau FPI itu warga yang taat hukum, sudah selayaknya mereka datang memberikan keterangan ketika dipanggil oleh polisi sehubungan dengan laporan pengaduan mereka itu sendiri.

Kalau sudah begini, polisi menjadi serba salah. Ada laporan pengaduan, lalu diproses dengan meminta keterangan pengadu dan saksi. Tapi yang mengadu dan saksi tak mau datang. Lalu sipengadu meminta izin untuk berdemo sehubungan dengan laporan pengaduan tersebut. Izin lalu diberikan. Ketika berdemo, mereka lalu mengatakan polisi tak mau menangkap “teradu” karena “dilarang oleh presiden” itu jugalah sebabnya mereka akan berdemo ke Istana!

Kalau sudah begini, urusannya akan semakin runyam. Pendemo nanti bisa saja mendemo Mak Erot karena dianggap “mengeraskan” Ahok! FPI nanti akan mendemo sate Padang karena Ahok suka makan sate Padang! Kodok akan didemo karena Jokowi suka memelototin kecebong! Lantas bagaimana nasib Teman Ahok nantinya....

***

Grand desain demo 4 Nopember ini sudah diset-up sedemikian rupa jauh hari sebelumnya. Banyak nama-nama tenar yang akan ikut berpartisipasi, baik yang secara terang-terangan maupun yang secara gelap-gelapan. Yang terang selalunya tidak berbahaya, tetapi kegelapan selalu menyimpan misteri. Kegelapan itulah yang langsung akan “diterangkan” sendiri oleh Jokowi supaya jelas duduk perkaranya. Gelap katakan gelap, terang katakan terang!

Awan gelap pertama muncul dari arah Cikeas sehubungan dengan Pilgub 2017 dan “penyakit orang tua” yaitu “Post power syndrome” Seperti bermain tinju, ronde-ronde awal adalah langkah mengukur kekuatan lawan dengan mencoba menerima beberapa pukulan kecil dengan berhati-hati.

Setelah tahu kekuatan lawan, Jokowi memulai dengan “jab” dokumen TPF Munir yang menghilang dalam dekapan pak Beye. Lalu diahiri dengan sebuah “upper-cut” telak, KPK akan memeriksa proyek-proyek mangkrak pak Beye! Ahirnya pak Beye terhuyung-huyung menjumpai Wiranto dan JK untuk menyegarkan diri!

Awan gelap yang selalu ada dihari terang datang dari “Teman lama” dari Gerindra, Prabowo Subianto. Gentleman ini paham betul bahwa perbedaan jalan diantara mereka, tidak lantas membuat perbedaan dalam menyikapi kepentingan bangsa yang jauh lebih penting dalam bentuk demo 4 Nopember. Kedua Gentleman ini ahirnya “berkuda bersama” untuk kedamaian rakyat dan bangsa.

Awan gelap berikutnya segera berlalu ketika Jokowi mengundang para tokoh penting agama ke Istana. Para tokoh agama itu kemudian menyerukan para umat agar tidak melakukan kerusuhan pada demo nanti. Menyatakan pendapat dimuka umum (demo damai) memang diizinkan oleh undang-undang, memaksakan pendapat sendiri kepada orang lain di muka mertua, itu yang tidak boleh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun