Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

September Morn

19 September 2016   19:39 Diperbarui: 19 September 2016   19:47 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : jazzihomestay.com

Nicko adalah seorang anggota tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Gegana Brimob. Sebagai seorang petugas yang selalu berkecimpung dengan bahan peledak, dia sadar betul bahwa dia tidak akan pernah tahu kapan dan bagaimana bom yang sedang ditanganinya akan meledak.

Tapi dia sangat mencintai pekerjaan ini. Dia selalu merasakan endorfinnya “meledak” ketika dia mampu menjinakkan sebuah bom, apalagi sebuah bom sexy yang high explosive!

Umurnya september ini akan 36 tahun, dan dia masih singel. Jomblo sepertinya adalah pilihan hidup baginya. Pekerjaannya sangat beresiko. Ketika menangani sebuah bom, dia tidak pernah yakin apakah masih bisa kelak menikmati secangkir kopi lagi atau tidak. Itulah sebabnya sebelum menangani sebuah bom, dia akan menikmati dulu secangkir kopi pahit. Setelah pekerjaannya selesai, barulah dia akan meneguk kopi Vietnam!  

Apakah Nicko tidak punya “rasa” ataukah dia punya masalah orientasi seksual? Samasekali tidak. Sampai sepuluh tahun yang lalu, dia masih termasuk kategori playboy karena terlalu sering jatuh cinta pada wanita yang berbeda... Akan tetapi sejak negeri ini “demen” dengan bom, dan dia semakin tertarik menekuni pekerjaannya, perasaan takut kalau dicintai seorang wanita membuatnya mulai memendam “rasa”

***

Nicko baru saja keluar dari kafetaria itu sambil bersiul-siul kecil. Ada sesuatu yang dirasakannya, namanya “rasa”  “Rasa” itu seperti gabungan anfo explosive, detonator dan trigger (pemicu) yang kolaborasinya meghasilkan ledakan endorfin, sebuah perasaan senang yang tak terkatakan! Ternyata Nicko baru saja berhasil “mencuri secara rahasia” foto Septya melalui kamera smartphonenya tanpa diketahui sipemilik, yang juga pemilik kafe tersebut.

Sudah hampir empat bulan Nicko suka ngopi di kafe di kawasan Kemang itu. Yang pasti bukan karena enaknya kopi semata saja yang membuatnya rajin ngopi disitu, melainkan juga karena efek dari wajah sipemilik kafe itu, mampu menginduksi seluruh ruangan itu dan membuatnya menjadi lebih “cozy”

Ini seperti Dejavu. Mereka tidak pernah ngobrol, kecuali dua kali ketika Septya langsung melayani orderannya. Tapi bagi Nicko, dia merasa sangat dekat dengan Septya. Menatap Septya dari kejauhan seperti berbicara empat mata saja. Dia merasa ada chemistry diantara mereka. Apakah mereka berteman dekat atau berpacaran dikehidupan sebelumnya? Entahlah...

***

Malam itu kehebohan terjadi disebuah mall dikawasan Serpong. Ada isu bom meledak! Para pengunjung berhamburan keluar. Septya dengan temannya, Mira sudah berada diluar gedung dengan nafas seperti mau copot! Mereka ingin segera pergi dari situ, tetapi mereka masih takut menuju ruang parkir yang berada di basement mall.

Seketika Septya melihat seseorang yang agak sering dilihatnya, tetapi kali ini penampilannya sangat berbeda dengan biasanya! Biasanya lelaki itu suka memakai jins, Tshirt dan sepatu kets dengan pembawaan santai. Kali ini lelaki itu kelihatan sangat gagah dibalik uniform Brimobnya, mengatur anak buahnya yang berpakaian seperti astronot itu!

Sepertinya briefingnya telah selesai, lelaki itu kemudian berbalik, lalu mata mereka bertemu. “Hai” kata lelaki yang bernama Nicko itu keheranan. Mereka ahirnya ngobrol sebentar sambil meminum kopi Vietnam yang dibawakan anggota Brimob itu.

***

Entah kenapa kini sinar matahari terasa lebih lembut dan hangat di kulit. Suara burung-burung juga terasa lebih merdu. Suara geludug juga terasa lebih ramah dan sopan. Mungkin karena ini awal September atau jangan-jangan...

Kemarin ada momen yang istimewa. Untuk pertama kalinya Nicko dan Septya bercengkerama di kafe Septya. Mereka berbincang dengan relaks seperti teman lama saja. Ini seperti Dejavu. Nicko ahirnya mengaku, dia sering memperhatikan Septya dari kejauhan. Tapi yang mengagetkan, Septya juga mengaku sering memperhatikan  Nicko, bukan saja dari balik meja kasir, ruang dapur tetapi bahkan juga dari balkon!

***

Jam 3 dini hari itu Nicko mengemudikan mobilnya dengan hati-hati. Badannya sangat letih. Tadi dia hanya tidur beberapa jam saja di rumah sakit ketika membesuk teman dan tantenya yang sakit. Dia segera menepikan mobilnya ketika melihat didepannya ada dua orang wanita setengah baya merintih meminta tolong, kelihatannya mereka baru terjatuh dari motornya.

Nicko segera menghampiri mereka. Ketika Nicko berjongkok hendak menolong ibu itu, tiba-tiba wanita yang seorang lagi itu langsung menusuk Nicko dengan sebuah pisau yang langsung menghujam dadanya. Dari belakang segera datang dua orang pria yang langsung memukulnya dengan pipa besi. Seketika Nicko langsung terjerembab tak berdaya. Begal itu kemudian mengambil dompet, jam tangan, hape dan kemudian melarikan mobilnya.

Nicko berbaring ditanah tak berdaya. Hantaman pipa besi itu membuatnya tak berdaya. Tangannya menekan dadanya dengan rapat untuk mengurangi pendarahan. Tidak ada yang menolongnya. Beberapa mobil yang lewat, hanya sekedar mengurangi kecepatan, melihatnya lalu pergi begitu saja.

Nicko mulai merasa kedinginan. Dia lalu tertawa geli. Dia terlatih untuk menjinakkan bom, intelijen, penembak jitu, anti teror, anti anarkis, bahkan penanganan bahan-bahan radio aktif. Akan tetapi kini dia tidak berdaya kepada begal yang menyaru sebagai seorang ibu yang terjatuh dari motor!

Nicko mulai pusing. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Hari ini ulangtahunnya yang ke 36. Kebetulan ulangtahun Septya yang ke 31 juga. Tadi malam dia sudah membeli coklat yang sudah dibungkus rapi. Duh.. coklatnya ada didalam mobil. Mobilnya sudah dicuri begal!

Tapi dia kemarin membeli sebuah cincin juga untuk diberikan kepada Septya. Tapi dia merasa kurang pas untuk memberikannya sekarang. Waktunya terlalu cepat. Jadi dia memakainya di jari kelingkingnya sendiri!

Duh! Cincin itu sekarang ada dijari kelingkingnya. Duh! Gimana ntar kalau orang-orang  melihatnya memakai cincin wanita di jari kelingkingnya? Duh malu bangettt...  

   

Tapi tunggu dulu. Nicko melihat bayangan Septya mendatanginya. Tapi aneh! Septya memakai gaun putih dengan setangkai mawar ditangannya, Padahal biasanya Septya lebih suka memakai Tshirt dan celana jins!

Sayup-sayup Nicko mengingat beberapa saat sebelum dia menghentikan mobilnya, dia mendapat kabar dikawasan Kemang terjadi ledakan bom mobil high explosive. Lokasinya tepat disamping kafe Septya.

Kini Septya tepat berada didepannya, dan kemudian membelai rambutnya sambil tersenyum tanpa bicara. “Happy birthday sweetheart” kata Nicko sambil meloloskan cincin dikelingkingnya lalu memasukkannya ke jari manis Septya. Septya terpana melihat cincin itu, lalu memeluk Nicko dan membisikinya sesuatu. Suara itu seperti bergumam, tetapi Nicko tahu artinya.

Kini Septya berbaring disisi Nicko sambil berpegangan tangan. Damai sekali saat ini. Tiada kata yang terucap, sebab ribuan kata yang tersedia tiada mampu untuk merefleksikan kedamaian di fajar september, ketika cahaya kemerah-merahan tampak dilangit menjelang sang surya terbit di ufuk timur.

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun