Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

September Morn

19 September 2016   19:39 Diperbarui: 19 September 2016   19:47 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya briefingnya telah selesai, lelaki itu kemudian berbalik, lalu mata mereka bertemu. “Hai” kata lelaki yang bernama Nicko itu keheranan. Mereka ahirnya ngobrol sebentar sambil meminum kopi Vietnam yang dibawakan anggota Brimob itu.

***

Entah kenapa kini sinar matahari terasa lebih lembut dan hangat di kulit. Suara burung-burung juga terasa lebih merdu. Suara geludug juga terasa lebih ramah dan sopan. Mungkin karena ini awal September atau jangan-jangan...

Kemarin ada momen yang istimewa. Untuk pertama kalinya Nicko dan Septya bercengkerama di kafe Septya. Mereka berbincang dengan relaks seperti teman lama saja. Ini seperti Dejavu. Nicko ahirnya mengaku, dia sering memperhatikan Septya dari kejauhan. Tapi yang mengagetkan, Septya juga mengaku sering memperhatikan  Nicko, bukan saja dari balik meja kasir, ruang dapur tetapi bahkan juga dari balkon!

***

Jam 3 dini hari itu Nicko mengemudikan mobilnya dengan hati-hati. Badannya sangat letih. Tadi dia hanya tidur beberapa jam saja di rumah sakit ketika membesuk teman dan tantenya yang sakit. Dia segera menepikan mobilnya ketika melihat didepannya ada dua orang wanita setengah baya merintih meminta tolong, kelihatannya mereka baru terjatuh dari motornya.

Nicko segera menghampiri mereka. Ketika Nicko berjongkok hendak menolong ibu itu, tiba-tiba wanita yang seorang lagi itu langsung menusuk Nicko dengan sebuah pisau yang langsung menghujam dadanya. Dari belakang segera datang dua orang pria yang langsung memukulnya dengan pipa besi. Seketika Nicko langsung terjerembab tak berdaya. Begal itu kemudian mengambil dompet, jam tangan, hape dan kemudian melarikan mobilnya.

Nicko berbaring ditanah tak berdaya. Hantaman pipa besi itu membuatnya tak berdaya. Tangannya menekan dadanya dengan rapat untuk mengurangi pendarahan. Tidak ada yang menolongnya. Beberapa mobil yang lewat, hanya sekedar mengurangi kecepatan, melihatnya lalu pergi begitu saja.

Nicko mulai merasa kedinginan. Dia lalu tertawa geli. Dia terlatih untuk menjinakkan bom, intelijen, penembak jitu, anti teror, anti anarkis, bahkan penanganan bahan-bahan radio aktif. Akan tetapi kini dia tidak berdaya kepada begal yang menyaru sebagai seorang ibu yang terjatuh dari motor!

Nicko mulai pusing. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Hari ini ulangtahunnya yang ke 36. Kebetulan ulangtahun Septya yang ke 31 juga. Tadi malam dia sudah membeli coklat yang sudah dibungkus rapi. Duh.. coklatnya ada didalam mobil. Mobilnya sudah dicuri begal!

Tapi dia kemarin membeli sebuah cincin juga untuk diberikan kepada Septya. Tapi dia merasa kurang pas untuk memberikannya sekarang. Waktunya terlalu cepat. Jadi dia memakainya di jari kelingkingnya sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun