Akan tetapi entah siapa yang membocorkan pembicaraan AT dengan Petinggi KPK. Berhembus kabar, AT akan membuka semua kasus yang ada dikementerian ESDM kepada KPK. Termasuk juga mereka yang “peminta-minta”, Minta saham, minta komisi, minta uang dengar dan sebagainya. Akibatnya semua petinggi, parpol dan pebisnis yang bersentuhan dengan ESDM kebakaran jenggot. Lalu dicarilah sebuah strategi ampuh.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, dan Tidak ada gading yang tak retak!
AT bermasalah dengan kewarganegaraannya, dan itu sepenuhnya kesalahannya sendiri!
Dari kecoa sampai orang dalam Istana sendiri “menekan” presiden, baik dengan cara-cara yang halus sampai yang samasekali tidak halus! Ahirnya presiden harus melakukan sesuatu. AT kemudian diberhentikan dengan hormat.
Menko kemaritiman yang juga PLT Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan (LBP) mengaku masih membutuhkan AT untuk membenahi ESDM. Dalam pembangunan kilang Masela, AT menghemat anggaran pembangunan hingga sekitar Rp50 Trilyun! Lalu LBP bertanya kepada AT bagaimana cara menghematnya. AT berkata, dia hanya meminta “cost structure” kepada anak buahnya, lalu dia melakukan koreksi, dan menyuruh mereka menghitung lagi, dan ahirnya ketemu angka yang pas! Jadi menurut AT yang melakukan penghematan bukan dia, tetapi orang ESDM sendiri!
Tapi LBP tetap keheranan. Bukankah orang-orang ESDM itu sudah berada disitu selama belasan bahkan puluhan tahun? Kenapa baru sekarang “berhitungnya” bisa pas?
Ah LBP ini “kura-kura dalam perahu” Negeri ini adalah negeri yang penuh dengan teka-teki. Adalah hal yang lazim kalau dalam seketika warganya bisa mendadak pura-pura bisu, bingung, pelupa, atau pura-pura bodoh! Semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi!
***
Tapi terlepas dari semuanya itu, ada sesuatu yang membuat kita hormat kepada seorang presiden Jokowi. Disaat seluruh rakyatnya sibuk dengan debat kusir berkepanjangan, dia menunjukkan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin dari seluruh rakyatnya.
Presiden Jokowi lalu mengundang Arcandra Tahar dan Gloria Hamel ke istana untuk merayakan hari kemerdekaan bersamanya.
Disaat Arcandra Tahar dan Gloria Hamel merasa seperti pesakitan dan dibuang, seorang presiden lalu merangkul dan memberi kekuatan kepada mereka melalui tatapan mata lembut dan senyumnya yang khas, ahirnya kedua orang ini bisa dipastikan akan tetap “Merah putih!”