Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengungkap Testimoni Freddy Budiman

3 Agustus 2016   21:53 Diperbarui: 3 Agustus 2016   22:13 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu lalu ada berita menghebohkan berkenaan dengan testimoni dari terpidana hukuman mati, Freddy Budiman seperti yang dituturkan ulang oleh Koordinator KontraS, Haris Azhar. Berita mencengangkan ini menjadi viral dan bahan pergunjingan di masyarakat dan menimbulkan reaksi keras bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan di Tanah air.

Bagi saya pribadi, testimoni Freddy Budiman itu bukanlah kabar yang mencengangkan. Justru bagi saya yang mencengangkan itu adalah motif Haris Azhar memberitakan testimoni itu beberapa jam pasca eksekusi mati Freddy Budiman itu sendiri, padahal testimoni itu dibuat berdasarkan kesaksian Freddy Budiman saat bertemu dengan Haris di sebuah lapas di Nusakambangan pada pertengahan 2014 lalu.

Selain pemilihan “timing” pemberitaan itu, “Cara dan jangka waktu lamanya pemberitaan itu disimpan” tentulah menimbulkan pertanyaan besar, ada apa motif dibalik pemberitaan tersebut, karena “Saksi utama” tidak dapat dikonfirmasi untuk kebenaran informasi ini, dan juga sang pewarta sepertinya berlindung dibalik “Kebisuan saksi!”

Sebagai orang Timur yang menjunjung tinggi tatakrama, tentulah kurang sopan membicarakan “testimoni hujatan” dari seseorang yang baru saja pergi, padahal belum tentu jelas kebenarannya apakah memang sebagian atau seluruh isi testimoni itu dikatakan oleh almarhum Freddy Budiman, atau hanya berdasarkan “halusinasi” dari seseorang saja...

Freddy Budiman telah menebus kesalahannya dengan cara menjalani hukuman mati ini, dan itu sudah cukup. Jangan lagi “menambah hukumannya” atas “kebiadaban” yang belum tentu  dilakukannya. Terlepas dari benar tidaknya testimoni tersebut, Freddy Budiman cukup mampu dan pasti bisa untuk memprotes, melebihi dari isi testimoni itu sendiri! Dia mempunyai tim Lawyer yang hebat, uang dan network yang lebih dari cukup kalau hanya untuk “sekedar bernyanyi”

Rumor soal isi seperti testimoni itu bukanlah kabar yang aneh. Bukan hanya di Indonesia saja akan tetapi juga berlaku diseluruh dunia, seperti yang sering terlihat pada film-film Hollywood.

Sebagian masuk diakal, akan tetapi ada bagian-bagian yang terlampau didramatisir sehingga tidak rasional. Dari sinilah testimoni itu menjadi sumbang!

Polisi mengatakan, sebagai layaknya seorang pemakai, Freddy Budiman tentulah sering “meracau, atau berhalusinasi” Memang demikianlah adanya efek psikologis dari pecandu Narkoba. Akan tetapi ketika berbicara soal harga ekstasi di China dan pihak polisi, BNN dan bea cukai yang menitip harga pada setiap butir ekstasi, terasa amat sangat sangat menggelikan sehingga saya lebih suka mengatakan bahwa sang pewartalah yang meracau.

Dalam keadaan mabokpun, tidak mungkin Freddy Budiman akan berkata begitu, kecuali dia itu cuma seorang kurir kacangan atau pengecer kelas diskotik yang kalau dagangannya sudah laku, diapun lalu ikutan tripping dengan membeli barang bagus dari pengedar lain!

Mengenai jumlah uang yang diberikanpun terkesan berlebih-lebihan. Yang paling konyol tentulah kisah Jenderal bintang dua, yang tentunya sekelas Pangdam. Katanya mereka berdua naik mobil dinas bintang dua dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi bagian belakang mobil penuh barang narkoba. Inilah bagian dari testimoni yang paling amat sangat tidak masuk akal!

Kalau sekiranya pangkat saya adalah seorang Mayor, tentulah saya akan menangis berguling-guling selama sebulan! Lha kalau “Bintang dua” saja sebegitu bodohnya, lalu bagaimana lagi kebodohan yang harus ditimpakan kepada seorang “melati satu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun