***
Di luar masalah jaringan operasional dan pertimbangan bisnis yang memang masih reasonable, ada satu faktor penting lainnya yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan perbankan yang mendasari peluncuran BRIsat ini. Tidak banyak yang memperhatikan, tapi aspek ini menyangkut kehormatan dan keamanan negara Indonesia!
Dulu Indosat mengelola dua satelit di slot 113 BT yang ditempati oleh Satelit Palapa D dan slot 150,5 BT ditempati Satelit Palapa C, tetapi kemudian diambil alih BRIsat. Pada 2002, Pemerintah melepas 40% sahamnya di Indosat ke Singapore Technologies Telemedia. Pada 2009 65% saham Indosat dimiliki oleh Qatar Telecom, kini bernama Ooredoo. Jadi Indosat yang melayani seluruh jaringan satelit nasional, termasuk pertahanan dan keamanan Indonesia itu merupakan perusahaan asing!
Pada tahun 2007 Indonesia hampir kehilangan slot orbit 150,5 BT karena Satelit Palapa C sudah habis masa edarnya dan banyak negara lain terutama Jepang yang berminat pada slot tersebut. Ahirnya pemerintah berhasil memperjuangkan slot tersebut kembali. Akan tetapi Indosat tak kunjung meluncurkan satelit baru karena kesulitan dana. Pada 2014 pemerintah akhirnya memutuskan slot orbit 150,5 BT ditarik dari Indosat dan diberikan kepada BRI.
Dulu sebelum Jokowi menjadi presiden, beliau mempunyai perhatian khusus perihal Indosat ini. Apalagi kemudian timbul desas-desus penyadapan satelit oleh pihak asing, sehingga Jokowi bertekad kalau sekiranya terpilih menjadi presiden akan membeli kembali saham Indosat. Selain itu, Satelit Indosat bisa dimanfaatkan secara maksimal didalam mengoperasikan pesawat tanpa awak (drone) yang bisa digunakan untuk mengawasi kepulauan dan perairan Indonesia.
Kini semuanya kelihatan lebih jelas. Cicilan satelit BRIsat berkisar Rp 300-400 Milyar/tahun selama 8 tahun, jelas lebih murah dibanding sewa satelit Rp 500 Milyar/tahun. BRIsat memiliki 54 transponder, sementara yang dipakai hanya 40. Ijin satelit BRI adalah ijin khusus yang tidak bisa disewakan pada pihak lain, karena menyangkut aspek keamanan. Ahirnya BRI menghibahkan sisa 14 transponder kepada negara, yang akan dipakai untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan.
Kini semuanya kelihatan lebih jelas lagi! Departemen Hankam atau Pemerintah tidak perlu merogoh gocek APBN untuk membeli satelit baru lagi karena sudah dihibahkan BRI, yang juga tidak terbeban gara-gara hibah tersebut.
Big boss BIN yang dulu mengeluh, “Tidak ada lagi yang rahasia di negara ini!” Penyebabnya sederhana. Walaupun anak buahnya sudah memakai overcoat tetapi mereka itu selalu terlihat 'telanjang' oleh pihak asing. Kini dengan beroperasinya BRIsat/HANKAMsat dijamin anak buah yang 'telanjang' itu akan terlihat memakai overcoat!
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H