Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Move On

9 Juli 2016   17:00 Diperbarui: 9 Juli 2016   17:06 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judith sering bercanda menyebut mereka menjomblo karena orientasi seks mereka berbeda, sehingga susah memilih antara perempuan atau lelaki yang akan dijadikan pasangan. Biasanya keduanya hanya tertawa dan berasumsi, cewe sekarang memang lebih suka pria yang mempunyai pasangan. karena telah jelas kelaki-lakiannya daripada memilih jomblo yang selalu diragukan orientasi seksualnya. Jomblo itu nasib atau pilihan hidup?

Seumur hidupnya, Rini hanya mengenal seorang lelaki, yaitu mas Anto. Lelaki itu ya mas Anto. Sering berbicara dan bertemu dengan Herman dan Dani, membawa perubahan besar pada  pemahamannya mengenai lelaki. Selain sopan, mereka berdua sangat penuh perhatian ketika berbicara padanya. Hal-hal kecil seperti, menarikkan kursi buatnya, mengambil dan menyendokkan makanan kepiringnya dan hal-hal kecil lainnya membuatnya merasa sangat dihargai.

Mereka berdua menceritakan hal-hal pribadi, seperti kisah cinta mereka kepadanya tanpa sungkan. Ketika mereka membuat kesalahan, mereka terima dipersalahkan tanpa berusaha mencari pembenaran. Mereka lelaki yang simple, jujur, baik dan hangat. Mengapa tidak ada wanita yang tertarik kepada mereka? Jawaban mereka sederhana dan ringan saja. Belum nemu yang pas.! Ah...jangan-jangan teori Judith benar...

***

Hidup seharusnya tidak susah, kita sendirilah yang membuatnya susah dan membiarkan kesusahan itu menindas kita. Hidup tidak selalu mudah, tapi hidup adalah soal menikmati.

Susah adalah ketika suasana hati tidak senang. Ketika perasaan susah itu tidak kita izinkan mendekati kita, maka hati kita pasti akan senang.  Susah itu dibuat agar kita dapat lebih bersyukur dan menikmati masa-masa yang senang....

Rini tidak mau susah itu menghimpit hatinya lagi. Sekarang dia sering berbagi cerita dan mimpi dengan Herman dan Dani. Dia kerap mencoba memimpikan Herman atau Dani dalam tidurnya yang sepi. Apakah mereka sehangat yang kelihatannya? Hal itu membuatnya tersipu malu, boleh kah? dosa kah? Selama cuma Tuhan dan dia saja yang mengetahuinya,  tidak akan apa-apa. yang penting Herman dan Dani atau siapapun tidak boleh tahu!

Sudah tiga bulan terahir ini ada kehebohan dikantor Rini. Bank mereka telah diakuisisi oleh sebuah bank asing yang jauh lebih besar, dan akan ada perubahan manajemen. Hal ini menimbulkan keresahan pada staff. Manajemen baru menawarkan kompensasi pensiun dini yang besar bagi para staff yang tidak ingin bergabung dengan manajemen baru. Bagi staff yang baru bekerja ini sedikit membingungkan, tetapi bagi staff yang sudah lama bekerja ini adalah pilihan terbaik, karena kompensasi pensiun yang ditawarkan sekarang ini jauh lebih besar dari nilai pensiun yang akan diterima mereka kelak. Rini memilih pensiun dini.

Ketika malam itu Rini tiba dirumah, mas Anto sudah berada dirumah. Penampilannya sedikit pucat dan lusuh. Tiba-tiba ia menangis dan bersimpuh di kaki Rini sambil menceritakan bahwa dia telah dijebak oleh seorang wanita. Wanita itu telah hamil dan menuntut untuk segera dinikahi. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi bagi Rini ini adalah ahirnya. Dia hanya diam dan tersenyum. Dia merasa iba kepada lelaki yang selalu diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri itu. Kini lelaki itu bukan suaminya lagi!

Hari itu Rini berkemas-kemas. Sebagian barang-barangnya telah dikirim ke Semarang. Kesanalah dia menuju. Rumah dan restoran peninggalan orangtuanya butuh sentuhannya dan dia merindukan kamar tidurnya dulu.

Di Semarang masih banyak lelaki yang jujur, baik dan hangat. dia berharap akan menemukan seseorang yang pas.!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun