Dari semula PDIP memang ingin mengusung Ahok/Jarot, tetapi “Kanjeng mami” ingin terlebih dahulu memberi “wejangan”, sedangkan “Para Tetuah” juga ingin menitip “beberapa pesan berharga” kepada Ahok, agar Ahok kelak selamat sentausa dan jauh dari segala malapetaka ketika menjabat Gubernur untuk yang kedua kalinya. Tentulah PDIP tidak menutup mata, bahwa warga mendukung Ahok karena kejujuran dan reputasi kerjanya yang bagus .
Didalam politik tidak ada kawan atau musuh abadi, yang ada adalah kepentingan! Sejenak Ahok menjauhkan diri dari PDIP untuk kepentingan Analisa SWOTnya. Ahok kini sudah mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Ahok tidak pernah menjauh dari PDIP, justru PDIP yang menjauh dari Ahok! Kini ada sesuatu yang menarik, lagu “Pandang tak jemu dan Jauh dimata dekat dihati sudah didendangkan!”
Tiba-tiba ada isu baru. Menurut Junimart, Teman Ahok mendapat guyuran 30 Milyar dari Podomoro. Mantan Teman Ahok yang sudah lama dipecat juga mengaku, mereka pernah membuat KTP ganda, dan mereka berhenti dari Teman Ahok gara-gara aliran dana dari podomoro tersebut. Isu ini terkesan murahan dan mengada-ada. Akan tetapi, isu ini membuat Ahok berpikir ulang untuk nyagub memakai jalur independen, mengingat verifikasi yang mungkin berbelit dan rumit juga.
Akan tetapi ini adalah dunia politik, dunia panggung sandiwara! Kelihatannya PDIP “mengorbankan” Junimart untuk sementara. Lalu Ahok “berpura-pura” panik akan verifikasi KTP, agar bisa “bercumbu” dengan PDIP! Akan tetapi semuanya itu tetaplah tergantung kepada dinamika yang berkembang di masyarakat. Kalau “Lagu permintaan” PDIP gampang dinyanyikan, tentulah Ahok lebih nyaman dengan PDIP. Tapi jangan lupa Nasdem, Hanura dan Golkar juga menawarkan “lagu yang gampang untuk dinyanyikan oleh Ahok!”
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H