Menangani perihal kentut ini bukan perkara gampang! Tingkat intensitas suaranya mungkin bisa diukur berapa desibel. Studio rekaman dan peralatan dokter THT bisa mengukur intensitas kekuatannya. Tetapi penentuan berapa desibel kekuatan kentut yang dianggap “berbahaya” adalah soal lain!
Soal bau juga merupakan aspek yang sulit untuk dirumuskan! Pergerakan bau selalu linier dengan arah pergerakan angin, dan agak susah menentukan koordinat yang tepat dimana sumber bau tersebut berasal, sekiranya kecepatan angin lebih dari 20 km/jam.
Ketika angin bergerak dari depan kebelakang, dan terjadi “bau mendadak” ditengah, maka hanya pemirsa yang dibelakang yang bisa menikmati bau tersebut, sedangkan yang didepan sama-sekali tidak!
“Warna” bau kentut seseorang juga tidak selalu absolut! Tetapi linier dengan makanan dan minuman yang dikonsumsinya ketika peristiwa bau itu terjadi! Jadi bau kentut tidak mempunyai “trade-mark” dari orang-orang tertentu, sehingga agak sulit menentukan siapa pemilik yang sebenarnya ketika terjadi kentut!
Dunia medis lebih menyikapi perkara kentut ini secara terang benderang, karena menganggap kentut ini adalah masalah yang wajar. Pasca pembedahan besar dengan bius total, pengaruh anestesi mengakibatkan “motilitas” usus berhenti bekerja.
Ketika pasien sudah kentut, itu pertanda baik! “Peristaltik” usus sudah mulai bekerja menandakan “blocking anestesi” sudah berkurang. Semua tim medis akan senang dengan kentut tersebut!
Konsumsi makanan ber-gas yang berlebihan seperti sayuran kol, kubis, durian, nangka, dan juga minuman soda, alkohol, rokok, stres, “kurang tidur” dan pola hidup yang kurang teratur, sangat mempengaruhi urusan kentut ini.
Ketika anda tidak bisa kentut atau terlalu banyak kentut, anda tidak perlu merasa malu dan khawatir. Dokter akan menangani persoalan kentut anda dengan arif dan bijaksana.
Reinhard Freddy
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI