Mohon tunggu...
choirunnisa nur
choirunnisa nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwi prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam kehidupan yang penuh warna, saya adalah individu yang senang mengeksplorasi berbagai aspek dunia seni dan kreativitas. Menjadi seorang pecinta film, saya dapat dengan antusias menyelami berbagai genre, dari drama penuh emosi hingga petualangan yang mendebarkan. Setiap film yang saya saksikan menjadi sebuah petualangan pikiran, memperluas pandangan saya tentang kehidupan dan mencerahkan imajinasi. Saat tidak tenggelam dalam dunia perfilman, saya sering meresapi halaman-halaman novel yang memukau. Melalui kata-kata, saya membiarkan diri terhanyut dalam cerita-cerita yang menghidupkan imajinasi dan memperkaya pengetahuan saya. Suka menulis cerita sendiri, saya merasa bahwa kisah-kisah itu adalah cara terbaik untuk menyampaikan ide dan merangkai perasaan dengan kata-kata yang indah. Di antara hobi-hobi itu, rasa cinta saya pada makanan pedas juga menjadi ciri khas diri saya. Menikmati sensasi pedas yang menggigit dan menghangatkan lidah, saya selalu bersemangat mencoba segala jenis makanan pedas dari berbagai daerah. Kesukaan terhadap makanan pedas mencerminkan keinginan saya untuk mencoba hal-hal baru dan menantang diri sendiri. Pada dasarnya, saya adalah individu yang selalu mencari keberagaman dan kegembiraan dalam setiap aspek kehidupan. Mencoba hal baru dan menantang adalah cara saya untuk terus berkembang dan menikmati setiap momen yang diberikan oleh kehidupan ini. Saya percaya bahwa melalui apresiasi terhadap seni, literatur, dan kepedasan dalam makanan, kita dapat menemukan keajaiban di setiap sudut kehidupan ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Series Bridgerton dan Narasi Perjuangan Perempuan: Menggali Makna Keseimbangan Gender

7 Januari 2024   16:40 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:40 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan scene pada series Bridgerton season 1 (sumber: plumdebois.tumblr.com)

Dalam kehidupan mewah para bangsawan dan pesta-pesta yang berkilauan, Bridgerton tak hanya menceritakan kisah cinta dan intrik politik. Serial ini juga menggambarkan perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak dan mengatasi norma-norma pada masa itu. Tokoh-tokoh perempuan dalam Bridgerton menunjukkan keberanian dan tekad untuk mengejar kebebasan mereka, melepaskan diri dari ekspektasi sosial yang membatasi. Dari Daphne Bridgerton yang mencari cinta sejati hingga Eloise Bridgerton yang menentang norma sosial, setiap karakter perempuan adalah pahlawan yang menantang status quo dan mengejar kebahagiaan mereka. Bridgerton dengan cerdik menyajikan kompleksitas perjuangan perempuan pada zamannya, mengajak penonton untuk memahami betapa pentingnya perjuangan ini. Melalui kisah yang seru, serial ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan gambaran tentang keberanian perempuan dalam menghadapi ketidakadilan, sebuah tema yang tetap relevan hingga hari ini.

Perempuan di Indonesia memiliki hak-hak yang khusus dalam menunjukkan keberadaan mereka dalam kerangka masyarakat yang multikultural. Ini tercermin melalui peran perempuan sebagai unsur integral dalam pembentukan keragaman budaya dalam konteks kehidupan sosial masyarakat. Sering kali, isu-isu yang melibatkan perempuan hanya terfokus dan ditekankan secara berlebihan pada urusan domestik, seperti kehidupan rumah tangga. Padahal, perempuan memiliki wewenang dan kemandirian yang memungkinkan mereka menggunakan otonomi sepenuhnya dalam kehidupan mereka. Penting untuk dicatat bahwa sementara kekuasaan umumnya terkait dengan struktur formal, otoritas berkaitan dengan dinamika kekuasaan dalam konteks informal. 

Persoalan   perempuan   adalah   efek   dari pengajaran dalam sistem budaya patriarki. Mereka diajarkan  bahwa  seorang  perempuan harus  selalu mengalah dan menerima    perlakuan laki-laki, mereka  juga  tidak  memiliki  hak  untuk  menolak. Kemauan  perempuan untuk  menggugat  hal  yang telah  menjadi  budaya  dianggap  menyalahi  aturan yang  sudah  ada.  Hal  ini  sejalan  dengan  tentang bagaimana  perjuangan  tokoh  perempuan  dalam novel Bumi Manusia, Pariyem, dan Clara yang harus berjuang  mati-matian  untuk keluar  dari  belenggu patriarki  dan  anggapan  bahwa  perempuan  tidak bisa untuk berdiri sejajar dengan laki-laki. Meskipun sudah menjadi konstruk sosial budaya masyarakat dan berlangsung lama, namun persoalan ketidaksetaraan gender semakin menyita perhatian banyak kalangan untuk dicarikan solusi, hal mana merupakan cita-cita mulia untuk mewujudkan keadilan sosial yang seutuhnya. Tulisan ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan kesetaraan gender, dengan membedah secara teoritis mengenai berbagai tantangan faktual mewujudkan kesetaraan gender dalam budaya patriarki.

Di era Regency yang digambarkan dalam Bridgerton, perempuan dihadapkan pada ketidaksetaraan gender yang melekat dalam norma-norma sosial. bahkan hingga saat ini data menunjukkan bahwa ketidaksetaraan gender masih menjadi masalah, baik dalam hal penghasilan, akses pendidikan, atau perwakilan di tingkat kepemimpinan. Meskipun kemajuan, statistik menunjukkan bahwa banyak perempuan masih menghadapi kesulitan mencapai posisi kepemimpinan tertinggi dan menghadapi glass ceiling di dunia pekerjaan. Angka kekerasan terhadap perempuan, baik dalam bentuk fisik maupun verbal, adalah masalah serius yang masih relevan dalam masyarakat kontemporer. Adapun statistik mengenai kesenjangan gaji antara pria dan wanita menyoroti masalah ketidaksetaraan ekonomi yang masih ada di banyak sektor pekerjaan. Norma sosial terkini, terutama terkait dengan citra tubuh dan kecantikan, memengaruhi persepsi diri perempuan dan dapat menjadi faktor pembatas dalam mencapai kemandirian. Terakhir, data menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan dalam posisi kepemimpinan dan politik masih belum sebanding dengan jumlah populasi perempuan. Rangkuman dari masalah dan data di atas menciptakan narasi yang mencerminkan tantangan perjuangan perempuan dari masa lalu (sebagaimana tergambar dalam Bridgerton) hingga kondisi yang masih relevan di masyarakat kontemporer.

Dalam mengatasi ketidaksetaraan gender, solusi inovatif diperlukan untuk membuka jalan menuju perubahan positif. Fokus utama melibatkan penguatan sistem pendidikan inklusif dengan akses setara bagi perempuan dan laki-laki, penghapusan stereotip gender dari kurikulum, dan peningkatan dukungan terhadap ambisi perempuan di bidang ilmu pengetahuan. Di dunia kerja, langkah-langkah seperti kebijakan keseimbangan kerja-keluarga dan dukungan perusahaan terhadap kesejahteraan perempuan dapat membuka potensi penuh mereka. Program pemberdayaan ekonomi perempuan, melalui pelatihan keterampilan dan dukungan finansial, juga berperan dalam mengubah dinamika keuangan keluarga. Perubahan sosial dapat dicapai melalui media dengan mendorong konten yang lebih inklusif, menggambarkan perempuan sebagai tokoh kuat dan mandiri.

sumber freepik.com
sumber freepik.com
Ketidaksetaraan gender masih relevan di zaman kontemporer, dan solusi modern termasuk kampanye kesadaran terhadap kekerasan terhadap perempuan, kebijakan gaji yang adil, dan dukungan untuk keterwakilan perempuan di politik dan kepemimpinan. Upaya bersama melalui solusi-solusi ini diharapkan dapat meretas jalan menuju masyarakat yang lebih adil, inklusif, serta memberdayakan perempuan untuk meraih hak-haknya. Contoh inspiratif seperti yang tergambar dalam kisah Bridgerton dapat menjadi pendorong perubahan positif di dunia nyata kita saat ini.

Perbedaan gender pada prinsipnya adalah sesuatu yang wajar dan merupakan sunnatullah sebagai sebuah fenomena kebudayaan. Perbedaan itu tidak akan menjadi masalah jika tidak menimbulkan ketidakadilan. Namun pada kenyataannya perbedaan tersebut melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi kaum laki-laki terutama kepada kaum perempuan. Memperjuangkan kesetaraan bukanlah berarti mempertentangkan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Sekali lagi bukanlah mempertentangkan laki-laki dan perempuan, tetapi lebih kepada upaya membangun hubungan (relasi) yang setara. Kesempatan harus terbuka sama luasnya bagi laki-laki dan perempuan, sama pentingnya untuk mendapatkan pendidikan, makanan yang bergizi, kesehatan, kesempatan kerja, dan sebagainya. Kesetaraan ini bukan dengan memberi perlakuan sama kepada setiap individu agar kebutuhannya yang spesifik dapat terpenuhi, konsep ini disebut “kesetaraan kontekstual”. Artinya, kesetaraan adalah bukan kesamaan (sameness) yang sering menuntut persamaan matematis, melainkan lebih kepada kesetaraan yang adil yang sesuai dengan konteks masing-masing individu.

Kesetaraan gender pada gilirannya akan menghasilkan “deviden” ganda. Perempuan yang sehat, berpendidikan, berdaya akan memiliki anak-anak perempuan dan laki-laki yang sehat, berpendidikan dan percaya diri. Pengaruh perempuan yang besar dalam rumah tangga, telah memperlihatkan dampak yang positif pada gizi, perawatan kesehatan, dan pendidikan anak-anak mereka. mewujudkan kesetaraan gender pada hakekatnya merupakan kepentingan kemanusiaan, dan karenanya kepentingan semua pihak. Dalam skala mikro, kesetaraan gender akan mewujudkan keluarga yang bahagia, hal mana akan menghasilkan keturunan yang kuat, kreatif dan mandiri. Dalam skala makro, kesetaraan gender akan mewujudkan iklim keadilan, memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi semua anak Bangsa untuk berkarya dan mengembangkan kreatifitasnya, Sehingga diharapkan akan terwujud Bangsa yang adil, mulia dan bermartabat.

Kesimpulannya, untuk menciptakan perubahan yang signifikan, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mewujudkan visi masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua gender. Studi kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya terus berjuang untuk mencapai hak-hak dan kesejahteraan perempuan, memperkuat harapan bahwa perubahan yang berkelanjutan adalah kemungkinan yang dapat diwujudkan melalui langkah-langkah konkret dan komitmen bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun