Mohon tunggu...
Tito Budiarso
Tito Budiarso Mohon Tunggu... -

Sebesar Impian Anak-anak Kecil

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Gagal, Maju Nyapres Cuma Modal Popularitas, Jokowi Miskin Program!

1 April 2014   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="396" caption="sumber: twimg.com"][/caption]

“Sayangnya kampanye Jokowi miskin program. Yang ditampilkan adalah sosoknya yang sederhana. Kampanye yang menguras perasaan, tapi mengesampingkan akal sehat”

-Pengamat Politik Universitas Indonesia, Agung Suprio

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio berkomentar tentang fenomena Jokowi. Popularitas Jokowi melejit sejak mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta 2012. Belum Genap 2 tahun menjabat, Jokowi kembali mencalokan diri sebagai Calon Presiden 2014. Saat ini Jokowi sedang sibuk melakukan kampanye, namun tidak ada program nyata yang digagas Jokowi dan ditawarkan pada masyarakat. Agung menyayangkan, kampanye Jokowi miskin program.

DPIP dan Jokowi hanya menjual ketenaran Jokowi. Masyarakat pun tertipu dengan bahasa tubuh politis Jokowi yang menampilkan kesederhanaan, sampai – sampai kampanye DPIP dan Jokowi mengesampingkan akal sehat manusia. PDIP sengaja menjual sosok Jokowi untuk mendompleng perolehan suara dalam Pemilu Legislatif tanggal 9 April mendatang. Sama seperti upaya menutupi kegagalan – kegagalan Jokowi, PDIP berusaha menutupi dosa – dosa Megawati saat menjabat Presiden RI.

“Sekalipun PDIP mencapreskan Joko Widodo, rekam jejak PDIP saat Megawati menjadi Presiden sulit untuk dihapus. Saat itu, Megawati banyak menjual aset negara yang merugikan rakyat,” kata Agung.

Agung mengatakan, kebijakan Pemerintah Megawati yang menjual aset negara tersebut dapat terulang lebih parah lagi karena sifat Jokowi yang saya tunduk pada dikte partai dan Megawati. Jokowi harus memiliki pendirian, jika berani nyatakan dalam kampanye tentang visi – misi pengelolaan aset negara. Sayangnya, kampanye Jokowi hanya diwarnai dengan ajang jual diri Jokowi.

Popularitas atau ketenaran Jokowi sendiri merupakan hasil karbitan media massa, bukan karena keberhasilan kinerjanya baik sebagai Walikota Solo atau[un sebagai Gubenur DKI Jakarta. Banyak media massa yang tidak menampilkan sosok Jokowi yang sesungguhnya. Melalui program atau proyek fiksi, media melambungkan nama Jokowi. Seperti proyek mobil ESEMKA di Solo yang tidak pernah ada dan dimanfaatkan untuk melambungkan namanya menuju DKI 1.

Sangat disayangkan media massa tidak bisa berlaku adil dengan pemberitaan Jokowi. Dominan pemberitaan bernuansa positif, meskipun Jokowi terbukti mengingkari sumpah dan menjilat ludahnya sendiri. Lihatlah bagaimana dulu Jokowi berkoar – koar menklaim diri sebagai tokoh yang mendukung industry otomotif nasional, namun nyatanya sangat bertentangan. Jokowi mati – matian mempertahankan keputusannya untuk impor bus karatan dari Cina, padahal sudah diperingatkan oleh berbagai pihak untuk menggunakan bus buatan dalam negeri saja.

Beranikah media massa berlaku jujur dalam memberitakan Jokowi? Mengungkapkan kegagalan – kegagalan Jokowi sebagai Gubernur dan Walikota? Mengkritik ketidakberdayaan Jokowi pada partai? dan kebijakan – kebijakannya yang selama ini justru sangat menguntungkan asing dan pengusaha – pengusaha bukannya wong cilik? Rasanya tidak, karena toh sebagaian besar media massa telah dibayar untuk menaikkan citra Jokowi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun