Mohon tunggu...
Tito Budiarso
Tito Budiarso Mohon Tunggu... -

Sebesar Impian Anak-anak Kecil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Kreator “Nabi Palsu” Jokowi

19 Februari 2014   19:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="sumber: gm1.ggpht.com"][/caption] “Saya khawatir dengan fenomena ratu adil. Sepertinya Jokowi jadi manusia setengah dewa. Ini capres setengah tidak sehat jangan terjebak dengan mitos ratu adil”

Kutipan Pakar Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk di atas saya sadur dari republiika.co.id. Pencitraan yang dibuat mengenai sosok Jokowi telah membutakan masyarakat tentang siapa sebenarnya Jokowi. Tidak peduli prestasi apa yang berhasil diraihnya, nama Jokowi tetap mendapat respon positif publik. Masyarakat sudah tidak rasional terhadap sosok Jokowi. Ini tentu sangat berbahaya.

Dibalik meroketnya nama Jokowi sehingga muncul istilah “Nabi Jokowi”, tak lepas dari tim pencitraan yang berada dibalik Jokowi selama ini. Semua tentang Jokowi adalah hasil rekayasa, tidak ada citra alami yang benar – benar melekat padanya. Berikut strategi – strategi pencitraan Jokowi.

1.Lembaga Survei bayaran

Tim Jokowi sengaja membangun propaganda dengan memperbanyak pemberitaan di media cetak, membangun komunikasi di media sosial. Jika kita mencari di google, maka akan muncul ribuan kata kunci Jokowi. Inilah data yang digunakan lembaga survei bayaran untuk menaikan popularitas Jokowi.

2.Propaganda lewat media massa

Coba perhatikan pemberitaan Jokowi di sejumlah media massa, terutama detik.com, semua tentang Jokowi disajikan dengan positif yang berlebihan. Sangat sedikit yang membahas tentang kegagalan Jokowi dalam mengatasi macet dan banjir DKI Jakarta. Jokowi menggelontorkan dana ratusan miliar rupiah untuk membayar media massa agar membuat berita positif tentangnya.

Dengan demikian banyak pemberitaan Jokowi tidak relevan dengan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Seperti pemberitaan tentang sepatu miliki Jokowi. “Masa sepatu robek saja diberitakan, hal remeh temeh yang tidak ada kaitannya,” kata Hamdi Muluk.

3.Propaganda JASMEV (Jokowi – Ahok Media Sosial Volunter)

Jokowi memiliki tim sosial media yang bertugas membangun citra positif Jokowi dan “menghabisi” orang – orag yang berani melancarkan kritikan terhadap Jokowi di jejaring sosial media. JASMEV bekerja dengan cara membesar – besarkan kebijakan Jokowi meskipun kebijakan kecil dan menyembunyikan kesalahan – kesalahan fatal Jokowi tentang korupsi.

4.Kontes Palsu “Wali Kota Terbaik Dunia”

Tim Jokowi tidak hanya bermain di ranah lokal, mereka juga merambah dunia internasional dengan menciptakan kontes palsu tentang “Wali Kota Terbaik Dunia”. Kontes ini sengaja diciptakan dan menempatkan nama diurutan ketiga saat dirinya menjabat Wali Kota Solo. Padahal kemiskinan di kota tersebut melonjak setiap tahunnya semasa Jokowi menjabat. Bahkan kemiskinan di Solo dibawah kepemimpinan Jokowi merupakan yang terendah sepanjang sejarah.

5.Branding Palsu Mobil ESEMKA

Salah satu upaya untuk mengangkat popularitas Jokowi sewaktu mencalonkan diri sebagai DKI 1 adalah dengan memanfaatkan mobil ESEMKA. Hasil karya anak SMK di Solo terebut nyatanya tidak pernah diproduksi sama sekali. Program ESEMKA nyaris dimanfaatkan untuk menaikkan popularitas Jokowi.

6.Otak Utama Dibalik Jokowi

Secara keseluruhan, adalah James Riady yang berperan sebagai Key Opinion Leader bagi ketenaran Jokowi selama ini. Tidak hanya berperan sebagai otak utama Jokowi, James Riady adalah investor Jokowi. James sengaja mendompleng citra Jokowi  untuk mengambil alih kekuasaan di negeri ini.

Fenomena ketenaran Jokowi asli hasil rekayasa oleh pihak yang ingin mengambil kepentingan dari Indonesia melalui boneka Jokowi. Berani jujur, apa keberhasilan yang telah diraih Jokowi selama ini? Jawabannya NOL! Jokowi hanya membangun wajah kota Solo dan itupun dengan tujuan untuk mendongkrak popularitasnya semata.

Inikah sosok yang diagung – agungkan sebagai nabi oleh tim pencitraannya dan dianggap sebagai satu – satunya orang yang bisa memimpin Indonesia? Buka mata buka pikiran, Jokowi hanyalah manusia yang terobsesi pada kekuasaan. Dan yang lebih berbahayanya, Jokowi ditunggangi oleh kepentingan yang lebih besar, James Riady.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun