“Assalamu’alaikum….!” Terdengar suara teriakan anak kecil di depan pagar. Pak Fulan yang berada di ruang tamu langsung bangkit menuju pagar.
“Silakan, Pak….” Kata si anak kecil itu. Tanpa menunggu pagar dibuka, tangannya langsung molos melalui celah-celah pagar. Pak Fulan refleks menerimanya, juga tanpa basa-basi membuka pagar misalnya. Bisa kejepit tangan si anak kecil itu.
Beberapa saat kemudian segelas es kelapa muda berpindah tangan dari tangan si kecil ke tangannya.
Beberapa menit kemudian, terdengar adzan maghrib dari TV. Setelah membaca basmalah, Pak Fulan menyeruput es kelapa muda yang masih belum lepas dari tangannya itu. Dia merasakan benar nikmatnya berbuka puasa hari ini. Segelas es kelapa muda benar-benar membuatnya ‘hidup’ kebali. Bagai tanaman kering mendapat siraman air. Nilainya mungkin cuma dua ribu rupiah. Tapi kali ini Pak Fulan menganggap tak ternilai harganya. Karena dia hadir pada saat sangat dibutuhkan.
Pak Fulan bukanlah seorang miskin. Dia seorang pensiunan PNS yang dari penampilannya, pangkatnya terakhir cukup lumayan. Dia memiliki rumah tipe 45 yang sudah direnovasi cukup bagus. Dia punya motor keluaran baru. Tak ada tanda-tanda berkekurangan.
Sore itu dia sendirian di rumah menunggu adzan maghrib. Tak ada persiapan apa-apa untuk berbuka puasa. Istrinya sedang sibuk menyiapkan takjil di masjid dekat rumah. Di masjid ini setiap hari ada acara berbuka bersama. Beberapa warga mendapatkan giliran menyediakan makanan takjilnya. Rencananya Bu Fulanah tidak lama di masjid. Hanya menyerahkan sedekah berbuka bersama. Lalu pulang mengurus suaminya.
Ternyata di masjid kekurangan orang untuk melayani berbuka warga yang sudah berkumpul di sana. Bu Fulanah yang ringan tangan langsung turun membantu. Lupa bahwa di rumah belum disiapkan takjil untuk suaminya.
Maka kedatangan anak kecil membawa segelas es kelapa muda, bagai air hujan yang turun di musim kemarau yang panjang. Kesegaran bakal didapatkannya begitu azan maghrib tiba nanti. Segelas es kelapa muda, tak peduli hanya dua ribu rupiah, seperti tak ternilai harganya jika datang pada saat yang tepat. Jika diterima oleh orang yang benar-benar membutuhkan.
Maka terngiang sabda Rasulullah tentang anjuran beliau salallahu ‘alaihi wasallam
Agar kita berlomba-lomba menyediakan makanan berbuka bagi mukmin yang berpuasa. Disisi Allah pahalanya sama dengan pahala yang diterima orang yang berpuasa yang diberi makanan berbuka itu tanpa mengurangi hak pahala orang tersebut sedikitpun.
Ini amalan mulia yang terbuka bagi siapa saja. Tak perlu menunggu kaya untuk menjamu makanan berbuka. Karena menunya tak harus mahal. ……… Si kecil –mungkin atas perintah orang tuanya, nampaknya sedang berlatih memberi sedekah berbuka….walau dengan segelas es kelapa muda.
……… Bahkan sabda sang Rasul SAW ”Walaupun dengan sebiji kurma, walaupun dengan seteguk air.”
Sebuah kemudahan yang sayang jika ditinggalkan.
Cikarang Baru, 18 Ramadhan 1430H/8 September 2009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H