Ada kegiatan lalu ada rekaman. Rekaman bisa berupa catatan, gambar, foto, suara bahkan video. Kalau itu kegiatan positif, itu sangat membanggakan. Bisa menjadi cermin untuk kebaikan-kebaikan berikutnya. Baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.
Bagaimana jika itu kegiatan negative, seperti perbuatan mesum, rekayasa makar, penjebakan, kusak-kusuk untuk mencari kekayaan illegal alias korupsi, suap-menyuap. Atau kusak-kusuk untuk menjebak musuhnya?
Pasti orang yang terekam bakal kelabakan. Ada rasa malu, kesal, marah, atau bahkan sesal. Tapi yang pertama muncul dari perasaan-perasaan itu adalah pembelaan. Bahkan penyangkalan. Siapa tahu dengan menyangkal bisa menghapus kenyataan itu. Karena khalayak akan percaya kepada penyangkalan itu. Apalagi jika penyangkalan itu di dukung oleh kekuatan hokum positif. Dan didukung oleh kekuatan media.
Puaskah?
Bersyukurlah kita diciptakan Allah memiliki hati nurani. Hati nurani atau qalbun inilah yang selalu menasihati kita, mana yang baik mana yang bohong. Meskipun nafsu yang juga diciptakan Allah untuk kita sering pula mementahkan nasihat sang nurani itu. Meskipun demikian, hati nurani akan terus membisik-bisikan kebenaran itu dalam diri kita.
Kalau kita gelisah dengan nasihat sang nurani, maka itulah fitrah kecenderungan kita kepada kebenaran. Maka kebenaran yang dibisikkan hati nurani itulah yang sering menggelisahkan. Dan kegelisahan itulah tanda bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan. Sebuah dosa.
Rasulullah SAW. pernah bersabda bahwa perbuatan dosa adalah perbuatan yang kita gelisah setelah melakukan perbuatan itu, dan kita khawatir perbuatan itu diketahui oleh orang lain.
Akhir-akhir ini beredar berita tentang sebuah rekaman suatu perbuatan. Gara-gara rekaman itulah seseorang akhirnya masuk bui. Ada rekaman suara, video, tulisan, foto. Ini adalah hasil kemajuan teknologi informasi. Maka kejahatan seseorang bisa tiba-tiba diketahui oleh orang lain. Maka catatan kita hanya bisa dihapus dari tampilan computer tapi tetap tersimpan di sebuah server.
Maka mereka yang terekam suara, gambar maupun catatannya itu meradang. Dan menempuh jalur hokum untuk menepis fakta itu. Tentu dengan berbagai dalih dan bantuan seorang pembela dan penasehat hokum.
Itulah hasil kecanggihan teknologi informasi. Yang dilawan dengan kekuatan uang dan kepandaian bersilat lidah. Rekaman manusia ini membuat kita kelabakan, meradang malu dan marah.
Bagaimana jika rekaman itu ternyata tidak hanya tersimpan di server buatan manusia? Tapi juga di mega server milik Allah?
Kemajuan teknologi informasi membuat kita semakin yakin, kalau manusia saja bisa memata-matai perbuatan orang lain, lalu menyimpan aman data itu, maka adalah hal yang mudah jika Allah pencipta seluruh manusia dan alam semsta ini melakukan hal itu. Catatan perbuatan kita seluruh manusia dan makhluk lainnya tersimpan rapi di Mega Server milik Allah.