Mohon tunggu...
Choirul Asyhar
Choirul Asyhar Mohon Tunggu... -

Lahir di sebuah desa di Kab. Sidoarjo, menghabiskan waktu kuliah di Bogor, lalu mencari nafkah di Jawa Tengah dan kini sedang berlabuh di Bekasi Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Citra

14 Oktober 2009   05:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:36 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika tahu ada produser film yang akan mendatangkan artis porno dari Jepang, saya menulis di status facebook saya : "Masih ada saja yang otaknya ngeres dengan uang haram. Sudah banyak bencana gini, tak pandai mengambil hikmahnya. Malah mengundang artis porno (saya berat menulis namanya) ke negeri ini. Sebaiknya dibatalkan! Apakah kita tidak cukup ngeri dengan bencana di Sumbar?" Ada beberapa komentar yang masuk. Diantaranya ada yang menggelitik: bahwa dia datang ke Indonesia bukan untuk membuat film porno, jadi gak perlu dipersoalkan. Begitulah intinya. Apakah sesederhana itu? Manusia itu makhluk hidup yang tak lepas dari apa yang dikerjakannya. Bukan hanya sekedar makhluk hidup, tapi bahkan dia makhluk hidup berakal. Diberi kebebasan memilih mau jadi apa. Lalu dia adalah apa yang dia pilih itu. Kalau si fulan jadi artis, lalu terkenal, kemana-mana perhatian orang tertuju padanya . Ini karena keartisannya. Bukan karena kemanusiannya. Kalau saya, sebagai guru kemana-mana, gak bakalan ada yang memperhatikan saya kecuali beberapa gelintir murid saya yang masih ingat saya. Bukan karena kemanusiaan saya tapi karena saya pernah jadi guru mereka. Karena profesi saya. Saya dan Anda semua pasti cuek saja kalau tiba-tiba SBY nongol di pasar kaget, kalau saja dia bukan seorang presiden. Sebaliknya Anda akan memusatkan perhatian ke saya ketika saya tiba-tiba nongol di sebuah keramaian, jika saja saya sudah jadi presiden. (ngarep….! Amiiinnn….) Jadi manusia tak bisa dilepaskan dari nilai yang dia bawa. Jadi kalau ada yang berfikir: artis porno boleh saja diundang masuk ke Indonesia, karena dia toh di sini nanti tidak membuat film porno. Ini adalah logika yang tidak masuk di kepala saya. Karena manusia selalu membawa predikat-predikat dominan tertentu yang dia miliki. Jika logika bahwa manusia itu bebas-nilai diterapkan dengan fair maka mari kita renungkan hal ini: Bagaimana jika takmir masjid Istiqlal mengundang Usama Bin Ladin untuk mengisi khotbah Jum’at? Pasti banyak yang menolak. Meskipun yang mengundang adalah tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia. Dan mereka memberikan personal guarantee, bahwa Usama Bin Ladin cuma mau khutbah Jum’at, thok. Kenapa? Karena Usama Bin Ladin tidak pernah bisa dilepaskan dengan apa yang telah dicitrakan kepada dirinya yaitu fundamentalis. Kalau Usamah bin Ladin tak bisa dilepaskan dengan citra fundamentalisnya, kenapa si artis porno tiba-tiba mau dilepaskan dari citra pornonya? Cikarang, Oktober 2009 *bersyukur akhirnya kedatangan si artis dibatalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun