Menulis adalah keterampilan dasar yang sering dianggap remeh. Banyak orang berpikir bahwa menulis hanyalah perkara menuangkan kata-kata di atas kertas atau layar. Padahal, menulis yang baik tidak hanya soal memilih diksi yang indah, tetapi juga soal bagaimana menyusun pemikiran secara runtut dan logis.
Di sisi lain, berpikir logis adalah kemampuan menyusun informasi secara sistematis, mencari hubungan sebab-akibat, dan menarik kesimpulan yang masuk akal. Ini bukan soal pintar atau tidak pintar, tetapi soal melatih otak agar tidak gampang tersesat dalam kekacauan informasi.
Menulis dan berpikir logis adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa logika yang jelas, tulisan akan menjadi berantakan, sulit dipahami, dan mungkin penuh dengan kesalahan berpikir. Sebaliknya, tanpa latihan menulis, kemampuan berpikir logis pun tidak akan berkembang dengan baik.
Menulis adalah Latihan Berpikir
Coba bayangkan saat Anda ingin menjelaskan sebuah ide kepada teman. Jika ide itu masih kabur di kepala, besar kemungkinan Anda akan bingung saat mengungkapkannya. Kata-kata yang keluar terdengar berantakan, dan lawan bicara pun sulit memahami maksud Anda.
Nah, menulis membantu kita menyusun ide agar lebih terstruktur. Ketika kita mulai menuangkan gagasan ke dalam tulisan, kita dipaksa untuk memilah mana informasi yang penting dan mana yang tidak, bagaimana mengurutkan argumen agar masuk akal, serta bagaimana menyusun kalimat agar jelas dan mudah dipahami.
Seorang filsuf Prancis, Michel de Montaigne, pernah berkata, "Saya menulis untuk mengetahui apa yang saya pikirkan." Ini menunjukkan bahwa menulis bukan hanya soal berbagi informasi dengan orang lain, tetapi juga soal membantu diri sendiri memahami suatu gagasan secara lebih mendalam.
Logika: Fondasi Tulisan yang Kuat
Tulisan yang baik selalu memiliki logika yang jelas. Ini berarti ada hubungan yang masuk akal antara satu gagasan dengan gagasan lainnya. Dalam dunia akademik, logika menjadi dasar dari argumen yang kuat. Jika suatu argumen tidak memiliki dasar logis yang jelas, ia akan mudah dipatahkan.
Namun, banyak tulisan yang beredar di media sosial saat ini justru mengabaikan logika. Misalnya, banyak orang yang menulis opini berdasarkan perasaan semata tanpa mempertimbangkan data dan fakta. Akibatnya, hoaks dan disinformasi pun mudah menyebar.