Expo Kementerian Agama (Kemenag) 2025 bukan sekadar acara seremonial biasa. Di balik gegap gempita pameran, stand-stand yang penuh inovasi, dan tampilan seni dan budaya, tersembunyi misi besar: mendongkrak kolaborasi antara dunia pendidikan dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Apa yang membuat kolaborasi ini begitu penting? Dan bagaimana expo ini menjadi momentum strategis untuk menciptakan perubahan nyata?
UMKM dan Pendidikan: Dua Sisi Koin yang Saling Melengkapi
Di Indonesia, UMKM adalah tulang punggung ekonomi. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM menyumbang 60,51% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja. Namun, sektor ini sering kali terjebak dalam tantangan klasik: akses pasar yang terbatas, kurangnya inovasi, dan minimnya kolaborasi dengan institusi lain, termasuk dunia pendidikan.
Di sisi lain, dunia pendidikan, khususnya madrasah dan pesantren yang berada di bawah naungan Kemenag, menghadapi tantangan besar untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan praktis dan jiwa kewirausahaan. Kombinasi ini menjadi urgen. UMKM butuh inovasi dan talenta muda yang kreatif, sedangkan dunia pendidikan membutuhkan sarana untuk mengaplikasikan ilmu secara nyata.
Expo Kemenag 2025: Jembatan Kolaborasi
Expo Kemenag 2025 hadir sebagai panggung untuk menjembatani kebutuhan ini. Acara ini mempertemukan pelaku UMKM, siswa, guru, kepala madrasah, pesantren, hingga pemerintah daerah dalam satu ekosistem. Tema besar tahun ini, “Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Pendidikan melalui Kolaborasi UMKM”, bukan sekadar jargon. Dalam setiap sudut expo, terasa upaya untuk menyatukan dua sektor yang sebelumnya berjalan sendiri-sendiri.
Salah satu inovasi menarik adalah program “Adopsi UMKM oleh Madrasah”. Lewat program ini, madrasah diberi tanggung jawab untuk mengadopsi satu UMKM lokal dan membantu mengembangkan usahanya, mulai dari branding, pemasaran digital, hingga inovasi produk. Sebagai timbal balik, UMKM tersebut menjadi laboratorium nyata bagi siswa untuk belajar keterampilan praktis seperti pemasaran, keuangan, hingga produksi.
Hasilnya? UMKM mendapatkan dukungan tenaga muda dan ide segar, sementara siswa memperoleh pengalaman langsung yang tak ternilai. Misalnya, salah satu peserta expo, sebuah madrasah di Jawa Timur, berhasil membantu UMKM lokal menciptakan produk makanan ringan berbasis bahan lokal yang akhirnya menembus pasar online nasional.