Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Merawat Bumi dengan Kompos: Langkah Kecil dari Rumah untuk Masa Depan Hijau

3 Januari 2025   07:28 Diperbarui: 3 Januari 2025   07:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuat Pupuk Kompos dari Sampah Rumah Tangga | www.orami.co.id

Pernahkah kita berpikir, ke mana perginya kulit pisang yang kita buang kemarin? Atau daun-daun kering yang menyapu halaman? Sebagian besar dari kita mungkin akan menjawab, “Ke tempat sampah.” Namun, cerita kulit pisang itu tidak selesai di sana. Setelah meninggalkan rumah kita, ia akan bergabung dengan sampah lain, menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), dan menghasilkan gas metana yang memperparah pemanasan global. Ironis, bukan? Padahal, kulit pisang itu sebenarnya adalah harta karun yang bisa kita manfaatkan—bukan sampah belaka.

Mengapa Kompos di Rumah?

Mari kita mulai dari dasar. Sampah organik seperti sisa makanan, kulit buah, dan daun kering, sebenarnya merupakan bahan alami yang bisa kembali ke siklus kehidupan melalui proses pengomposan. Ketimbang membiarkannya terbuang sia-sia, kita bisa mengubahnya menjadi kompos, yaitu pupuk alami yang kaya nutrisi untuk tanah.

Bayangkan jika setiap rumah tangga di Indonesia membuat kompos sendiri. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 60% dari total sampah rumah tangga adalah sampah organik. Jika semua itu diolah menjadi kompos, jumlah sampah yang mengalir ke TPA akan berkurang drastis. Tidak hanya itu, kita juga ikut membantu bumi "bernapas" lebih lega karena mengurangi emisi gas rumah kaca dari proses pembusukan di TPA.

Manfaat Ganda dari Kompos

Namun, manfaat kompos tidak berhenti di situ. Tanah yang dipupuk dengan kompos menjadi lebih subur, kaya nutrisi, dan mampu menahan air lebih baik. Ini adalah solusi alami untuk mengatasi tanah yang tandus akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan. Selain itu, membuat kompos juga bisa mengurangi ketergantungan kita pada pupuk sintetis, yang tidak hanya mahal tetapi juga merusak ekosistem tanah dalam jangka panjang.

Dan tahukah Anda? Membuat kompos di rumah ternyata juga ramah di kantong. Alih-alih membeli pupuk, kita bisa memanfaatkan limbah dapur yang biasanya kita buang. Tidak perlu alat canggih—hanya butuh tempat sederhana seperti ember bekas atau kotak kayu, sedikit usaha, dan kesabaran.

Mitos dan Tantangan Pengomposan

Sayangnya, ada banyak mitos yang membuat orang enggan memulai. Salah satunya adalah kekhawatiran bahwa kompos akan berbau busuk dan mengundang hama. Padahal, jika prosesnya dilakukan dengan benar—menjaga rasio bahan hijau (sisa sayur, kulit buah) dan bahan coklat (daun kering, kertas)—kompos tidak akan berbau menyengat.

Tantangan lain adalah anggapan bahwa pengomposan memakan waktu lama dan merepotkan. Memang, proses pengomposan tidak instan. Namun, hasil akhirnya sepadan dengan usaha yang kita keluarkan. Lagi pula, ini adalah investasi kecil untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun