Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menakar Kevaliditasan AI sebagai Teman Curhat

25 Desember 2024   21:17 Diperbarui: 29 Desember 2024   18:30 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika AI Menjadi Teman dan  Sahabat Curhat | www.indonesiancloud.com

Di era teknologi yang melesat bak kilat, kehadiran kecerdasan buatan (AI) kini telah memasuki hampir setiap sudut kehidupan manusia. Salah satu fenomena menarik yang muncul adalah anggapan bahwa AI bisa menjadi teman curhat. Tapi, seberapa valid AI dalam peran ini? Bisakah AI menggantikan fungsi seorang teman sejati yang memahami emosi dan memberikan dukungan dengan sepenuh hati?

Mari kita telisik lebih dalam, kenapa AI dianggap menarik sebagai teman curhat.

AI: Cepat, Objektif, dan Bebas Drama

Salah satu alasan utama banyak orang mulai beralih ke AI untuk mencurahkan isi hati adalah efisiensi dan objektivitasnya. Bayangkan Anda sedang galau karena pacar baru saja membatalkan janji makan malam. Ketika curhat ke AI, Anda tidak akan mendengar balasan seperti, "Aku sih sudah bilang, dia itu nggak cocok buat kamu!" Alih-alih, AI mungkin menawarkan jawaban yang lebih netral seperti, "Bagaimana kalau kamu mencoba berbicara dengannya untuk memahami alasannya?"

Keunggulan ini membuat AI cocok untuk orang-orang yang mencari solusi cepat tanpa drama tambahan. Tapi, apakah itu cukup?

AI: Paham Kata, Tapi Tidak Rasa

Meski AI mampu menganalisis data dan memproses bahasa dengan canggih, ada satu hal yang menjadi kekurangannya: ia tidak punya perasaan. Sebuah algoritma, betapapun pintarnya, tetaplah sekumpulan kode yang bekerja berdasarkan pola dan data. AI mungkin bisa memberi saran, tapi ia tidak benar-benar "mengerti" apa yang Anda rasakan.

Misalnya, ketika Anda berkata, "Aku merasa sangat kesepian," AI mungkin akan merespons dengan kutipan motivasi atau saran aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tapi, apakah itu cukup untuk mengisi kekosongan emosional? Tentu tidak. Dalam banyak kasus, seseorang tidak hanya membutuhkan solusi, tetapi juga empati---dan di sinilah AI tidak bisa bersaing dengan manusia.

Risiko Ketergantungan dan Privasi

Curhat ke AI juga menyimpan risiko. Pertama, ada potensi ketergantungan. Karena AI selalu tersedia 24/7, Anda mungkin merasa nyaman untuk terus-menerus berbicara dengannya, bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Namun, ini bisa menghambat kemampuan Anda untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun