Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Ayah: Perjalanan Pantang Menyerah di Babak Baru Kehidupan

14 Desember 2024   15:17 Diperbarui: 14 Desember 2024   15:15 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki hubungan dekat dengan ayahnya cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, kemampuan sosial yang lebih baik, dan prestasi akademik yang lebih kuat. Ayah bukan hanya pemberi arahan, tetapi juga pelindung emosional dan pembimbing moral. Maka, menjadi ayah adalah lebih dari sekadar memberi makan; itu tentang memberi waktu, perhatian, dan cinta.

Menghadapi Kritik dan Ekspektasi

Sebagai ayah baru, kritik dan ekspektasi datang dari berbagai arah—keluarga, teman, bahkan masyarakat. Ada yang mengatakan, “Kok ayahnya kelihatan panik banget?” atau “Ayah harus lebih tegas, jangan terlalu lembek.” Tapi saya belajar untuk menyaring suara-suara itu. Menjadi ayah bukan tentang memenuhi ekspektasi orang lain, melainkan memenuhi kebutuhan anak dengan cara terbaik yang kita bisa.

Ketika saya membuat kesalahan, saya berhenti untuk mengevaluasi dan belajar. Saat saya berhasil menenangkan anak setelah tantrum pertamanya, saya merasa seperti pemenang lotere. Dan dalam setiap kegagalan maupun kemenangan kecil itu, saya tumbuh bersama anak saya.

Pelajaran Berharga: Pantang Menyerah

Menjadi ayah adalah proses panjang tanpa garis finis. Anak tidak akan selamanya menjadi bayi yang lucu dan menggemaskan. Akan ada saatnya mereka tumbuh menjadi remaja yang suka membantah atau dewasa yang penuh rahasia. Tapi satu hal yang saya yakini, kehadiran ayah dalam setiap tahap kehidupan mereka adalah investasi yang tidak ternilai.

Pantang menyerah sebagai seorang ayah bukan berarti tidak pernah gagal. Sebaliknya, itu berarti terus mencoba meski merasa lelah, terus belajar meski merasa bingung, dan terus hadir meski terasa sulit. Karena pada akhirnya, menjadi ayah adalah tentang perjalanan, bukan tujuan.

Jadi, untuk setiap ayah baru di luar sana yang sedang merasa takut, bingung, atau bahkan kewalahan—saya ingin berkata: tidak apa-apa untuk merasa seperti itu. Anda tidak sendirian. Ingatlah, bayi kecil yang kini berada di pelukan Anda hanya membutuhkan satu hal: seorang ayah yang pantang menyerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun