Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngopi dan Menulis: Menggabungkan Tradisi dan Inovasi di Era Digital

26 November 2024   17:00 Diperbarui: 26 November 2024   17:01 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ngopi dan Menulis (Sumber: mamikos.com)

Ngopi bukan hanya soal rasa; ia erat kaitannya dengan tafakur, sebuah tradisi Islam untuk merenung dan mencari hikmah. Tafakur inilah yang menjadi jembatan antara ngopi dan menulis. Dalam suasana tenang sambil menikmati kopi, seringkali muncul ide-ide segar dan gagasan yang mendalam.

Para penulis modern dapat mengambil pelajaran dari ulama masa lalu. Sebelum menulis, sediakan waktu untuk menikmati secangkir kopi. Dalam keheningan itu, pikirkan pesan yang ingin disampaikan, target pembaca, dan bagaimana cara terbaik menyampaikannya. Kebiasaan sederhana ini dapat menjadi awal dari karya yang bermakna.

Menggabungkan Tradisi dengan Inovasi

Menulis di era digital tidak harus meninggalkan tradisi. Sebaliknya, tradisi ngopi bisa menjadi inspirasi untuk menciptakan karya yang relevan dengan zaman. Sama seperti ulama yang memanfaatkan kopi untuk mendukung produktivitas mereka, kita pun dapat memanfaatkan teknologi untuk memperkaya tulisan.

Bayangkan sebuah tulisan yang memadukan kedalaman analisis ala ulama dengan data terkini yang disediakan teknologi. Artikel seperti ini tidak hanya bermakna tetapi juga kontekstual bagi pembaca modern. Sebagai contoh, penulis yang membahas topik keagamaan dapat menggabungkan hikmah dari tradisi Islam dengan penelitian terkini, menjadikannya lebih relevan untuk generasi sekarang.

Secangkir Kopi, Sebuah Tulisan

Ngopi dan menulis adalah dua hal yang saling melengkapi. Dari tradisi ulama hingga era digital, kopi tetap menjadi teman setia para penulis. Ia tidak hanya memberikan energi, tetapi juga menciptakan ruang untuk refleksi dan kreativitas.

Namun, kopi hanyalah alat. Esensi sesungguhnya terletak pada niat dan usaha di balik setiap tulisan. Baik untuk mendidik, menginspirasi, atau sekadar berbagi cerita, tujuan utama menulis adalah memberikan manfaat bagi orang lain.

Jadi, mari kita jaga tradisi ini. Nikmati secangkir kopi, jauhkan distraksi, dan mulailah menulis. Karena di balik setiap kata yang kita rangkai, ada peluang untuk mengubah dunia, meskipun hanya sedikit. Sebuah gagasan yang ditulis dengan hati, siapa tahu, dapat menjadi inspirasi besar bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun