Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Baru Berani Menulis Setelah Tiga Tahun Lebih Gabung Kompasiana

26 November 2024   09:35 Diperbarui: 26 November 2024   10:19 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

18 Mei 2021 , Hari yang tak akan pernah aku lupakan. Hari itu aku resmi bergabung dengan Kompasiana, sebuah platform yang aku harap bisa menjadi tempat untuk menyalurkan berbagai ide dan pemikiran. Tapi kenyataannya, sejak hari itu, aku merasa cemas dan ragu. 

Takut, malu, dan malas jadi satu, membuatku menunda-nunda untuk menulis. Padahal, sudah sejak lama aku ingin berbagi tulisan, tapi selalu ada suara dalam diriku yang berkata, "Kamu belum cukup baik," atau "Apa yang kamu tulis nanti orang-orang akan menertawakan?" Itu yang membuatku terjebak dalam ketidakpastian.

Tahun pertama berlalu begitu saja. Aku sempat mengikuti beberapa kursus menulis, baik yang offline maupun online, berharap bisa mendapatkan semangat atau trik khusus untuk mengatasi ketakutanku. 

Namun, meskipun ilmu yang didapatkan semakin banyak, tetap saja rasa takut itu menghalangi. Setiap kali membuka laptop dan menatap layar kosong, aku merasa bingung harus memulai darimana. Semua ide yang muncul tiba-tiba terasa kabur, dan keinginan untuk menulis pun jadi memudar.

Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari sesuatu. Menulis bukanlah tentang sempurna sejak awal, melainkan tentang proses. Aku harus berani memulai, meski dengan keadaan yang tidak sempurna. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menulis juga, walaupun tidak selalu dengan mood yang baik. 

Mulai dari artikel pendek, curahan hati, hingga refleksi pribadi, semuanya aku tulis dengan perasaan yang campur aduk. Kadang aku merasa takut, kadang juga malas, tapi aku belajar untuk tetap melangkah.

Sekarang, meski kadang masih ada rasa ragu, aku sudah mulai merasa lebih tenang. Aku tahu bahwa menulis adalah perjalanan panjang, bukan sebuah tujuan yang harus tercapai dalam semalam. Ada kalanya aku merasa bangga dengan hasil tulisan yang aku buat, ada kalanya aku merasa biasa saja, tapi yang penting adalah aku sudah berani melangkah.

Akhirnya, setelah sekian lama mendaftar di Kompasiana pada 18 Mei 2021, hari ini saya memberanikan diri untuk menulis. Jujur saja, alasan kenapa baru sekarang dimulai? Takut. Malas. Merasa tulisan saya belum layak. Namun, di sela-sela rasa takut dan malas itu, saya tetap berusaha belajar. Saya pernah mengikuti beberapa kursus menulis, baik online maupun offline, meski masih terasa jauh dari cukup.

Sanad Menulis: Merayakan Momen dengan Tulisan

Dalam perjalanan ini, saya menemukan inspirasi dari sosok-sosok hebat yang menjadi guru menulis saya—secara langsung maupun dari tulisan mereka. ya, tentu saja selain kedua orang tua dan  guru-guru sekolah dasar kami sebelumnya.

Pak Dahlan Iskan (DI): Dari beliau, saya belajar menulis dengan struktur kalimat yang pendek, lugas, dan penuh makna. Meski sudah di usia lanjut, Pak Dahlan tetap produktif—satu hari, satu tulisan! Tema yang diangkat sering kali ringan, namun sarat makna. Bahasanya sederhana, renyah, dan mudah dicerna. Sungguh teladan produktivitas yang luar biasa.

 Mas Iqbal Aji Daryono (IAD): Dari Mas Iqbal, saya belajar menulis esai yang "relate" dengan kehidupan sehari-hari. Tulisan beliau selalu terasa dekat, seperti bercermin pada pengalaman sendiri. Dengan gaya bahasa yang mengalir dan renyah, pembaca tak sadar sudah menuntaskan esai panjang tanpa terasa bosan.

 Pak AS Laksana: Beliau mengajarkan saya bahwa menulis adalah proses kontemplasi. Tulisan bisa menjadi media penyembuhan diri—sebuah ruang untuk healing. Menulis tidak hanya soal menyampaikan ide, tetapi juga berdamai dengan diri sendiri.

Terima kasih kepada semua guru menulis saya. Sebenarnya masih banyak sosok lain yang ingin saya sebutkan, tapi biarlah itu untuk tulisan berikutnya.

Hari ini adalah langkah pertama. Semoga bisa menulis dengan istikamah, seperti Pak Dahlan yang setiap hari konsisten menghasilkan satu tulisan. Tidak perlu terburu-buru, cukup satu tulisan setiap hari yang lahir dari hati.

Selamat merayakan momen dengan tulisan. Semoga perjalanan ini menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar.

Semoga ini bukan hanya tulisan pertama dan terakhirku. Semoga perjalanan menulis ini terus berlanjut dan semakin berkembang, seiring dengan berjalannya waktu. Dan bagi diriku yang dulu, yang selalu takut dan ragu, aku ingin berkata: "Kamu sudah memulai, dan itu adalah langkah yang luar biasa!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun