Di suatu sore yang teduh, seorang anak muda duduk termenung di depan dalang senior. Anak itu, sebut saja Panji, baru saja lulus menjadi seorang pengajar dan sedang galau. Ia bertanya, “Pak Dalang, bagaimana caranya menjadi guru yang baik?” Dalang itu tersenyum, membakar rokok lintingannya, lalu berkata, “Nak, kalau mau belajar tentang guru, tengoklah dunia pewayangan. Ada banyak contoh—baik yang patut ditiru, maupun yang harus dihindari.”
Panji bingung. “Lho, memangnya dalam pewayangan ada cerita guru juga?” Dalang itu terkekeh, “Kamu ini guru, tapi kurang baca. Dengar sini, saya ceritakan.”
Durna: Guru yang Pandai, tetapi Lupa Moral
Dalang memulai ceritanya dengan tokoh Durna, guru besar dalam Mahabharata yang mengajarkan ilmu perang kepada para Pandawa dan Kurawa. Durna adalah simbol guru yang luar biasa cerdas, tapi sayangnya, hatinya terkadang condong pada kekuasaan.
“Durna itu pintar sekali, Nak,” kata Dalang. “Tapi masalahnya, dia lebih sering memihak mereka yang membayar lebih banyak.” Ia mencontohkan bagaimana Durna mengabaikan moral ketika melatih para Kurawa, meskipun tahu bahwa Kurawa sering berbuat licik.
“Pelajaran dari Durna ini penting, Nak,” lanjut Dalang. “Guru yang baik itu bukan cuma pintar, tapi juga harus punya prinsip. Kalau pintar saja, tapi lupa moral, murid-muridnya bisa jadi pintar jahat. Mau jadi begitu?” Panji menggeleng cepat, merasa mulai memahami.
Dalang melanjutkan dengan humor ringan. “Tapi ya, Nak, jangan lupa: meski Durna punya kelemahan, dia tetap guru yang jago. Coba bayangkan kalau dia punya channel YouTube zaman sekarang, pasti subscribernya jutaan. ‘Belajar Memanah dalam 7 Hari, Dijamin Jago!’”
Resi Bisma: Teladan Kebijaksanaan
Setelah membahas Durna, Dalang beralih ke Resi Bisma. Bisma adalah simbol guru ideal: bijaksana, teguh pada prinsip, dan selalu memikirkan kebaikan muridnya.
“Bisma itu beda dengan Durna,” kata Dalang. “Dia lebih memilih menjadi penjaga moral. Bahkan, Bisma sering menasihati para Pandawa dan Kurawa untuk hidup dalam kebenaran, meskipun tahu mereka keras kepala.”