Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mewujudkan Qaryah Thayyibah dengan Mengelola Sampah

23 November 2024   08:00 Diperbarui: 23 November 2024   08:02 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah desa yang indah, asri, kesejahteraan dan kebahagiaan terlihat dari pancaran wajah masyarakatnya dan penuh kedamaian, ketenangan serta kenyamanan—itulah yang disebut gambaran qaryah thayyibah, desa yang baik. Sebuah konsep yang bukan hanya sebatas impian, tapi seharusnya bisa kita wujudkan. Tapi tunggu dulu, bagaimana caranya? Salah satu jawabannya ternyata sederhana: kelola sampah!

Kedengarannya memang simpel, tapi jujur saja, urusan sampah di negeri ini sering kali lebih ruwet daripada hubungan percintaan anak muda zaman sekarang. Sampah, yang seharusnya menjadi bagian dari siklus kehidupan alam, malah jadi masalah besar yang menghantui. Nah, di sinilah pentingnya pengelolaan sampah yang baik untuk mencapai qaryah thayyibah.

Sampah dan Desa yang Baik

Sampah, dalam banyak hal, mencerminkan perilaku kita. Desa yang penuh dengan sampah berserakan jelas bukan desa yang diidamkan. Sebaliknya, desa yang bersih, sehat, dan dikelola dengan baik menunjukkan kepedulian warganya terhadap lingkungan. Qaryah thayyibah, yang dalam tradisi Islam berarti tempat tinggal yang penuh berkah, tentunya tak terpisahkan dari kebersihan dan ketertiban.

Ketika sampah tidak dikelola dengan baik, berbagai masalah akan muncul, mulai dari pencemaran lingkungan hingga kesehatan. Lihat saja data dari Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia memproduksi sekitar 67 juta ton sampah per tahun! Itu sama saja dengan menumpuk gunung sampah setinggi Monas setiap hari.

Tapi bukan hanya soal estetika atau kesehatan fisik. Mengelola sampah dengan bijak juga mendidik kita untuk lebih bertanggung jawab dan peduli pada lingkungan, sesuatu yang pada akhirnya membawa kita lebih dekat pada konsep qaryah thayyibah. Desa yang sehat bukan hanya soal fisik, tapi juga mental warganya.

Dari Problem ke Potensi

Pengelolaan sampah di desa-desa masih sering terabaikan. Padahal, sampah bukan cuma masalah, tapi juga peluang. Ini seperti melihat segelas kopi—apakah hanya bubuk hitam yang pahit atau kesempatan untuk menikmati aroma yang kaya dan menyegarkan? Sampah bisa diibaratkan sebagai “biji kopi,” tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.

Salah satu cara untuk mengubah sampah dari beban menjadi berkah adalah melalui sistem 3R: Reduce, Reuse, Recycle. Mengurangi penggunaan barang sekali pakai, memanfaatkan kembali barang-barang yang masih layak, dan mendaur ulang sampah menjadi produk baru, semuanya merupakan langkah sederhana tapi berdampak besar.

Contoh nyatanya adalah desa-desa di berbagai daerah yang telah sukses mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos. Bukankah ini sangat membantu para petani yang kini tak perlu lagi membeli pupuk mahal? Dari sini, qaryah thayyibah tak hanya soal kebersihan, tapi juga kesejahteraan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun