Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Hari Santri: Dari Masa ke Masa

21 November 2024   12:22 Diperbarui: 21 November 2024   12:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Hari Santri tiba, kita diingatkan akan sejarah panjang dan peran penting santri dalam perjalanan bangsa ini. Bukan sekadar hari perayaan, Hari Santri adalah sebuah momentum untuk merenungkan kembali apa yang sudah dicapai, tantangan yang dihadapi, dan harapan-harapan besar yang digantungkan pada mereka yang pernah dan sedang mengenyam pendidikan di pesantren. Dari masa ke masa, santri telah membuktikan bahwa mereka bukan sekadar pelajar agama, tetapi juga pelopor perubahan, penjaga moral bangsa, dan pejuang kemerdekaan yang mengakar dalam tradisi dan budaya Indonesia.

Masa Kolonial: Santri Sebagai Pejuang Kemerdekaan

Sejarah mencatat bahwa santri memiliki peran penting dalam perjuangan melawan penjajahan. Kita tidak bisa melupakan peristiwa 22 Oktober 1945, ketika KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan Resolusi Jihad yang menyerukan umat Islam, khususnya santri, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman tentara Sekutu. Peristiwa ini menjadi salah satu fondasi penetapan Hari Santri yang kita rayakan setiap tahun.

Pada masa itu, pesantren bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi juga menjadi benteng perlawanan fisik dan ideologis melawan penjajah. Santri-santri muda yang digembleng dengan ilmu agama juga dibekali dengan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Mereka tidak hanya belajar mengaji, tetapi juga latihan perang, memahami strategi, dan membangun jaringan perlawanan. Dalam bayang-bayang penjajahan, pesantren menjadi titik awal perlawanan yang menggetarkan tanah air.

Tokoh-tokoh seperti KH. Wahid Hasyim, KH. Agus Salim, hingga KH. Abdul Wahab Hasbullah merupakan santri-santri yang berada di garda terdepan dalam diplomasi dan perjuangan kemerdekaan. Mereka membawa suara pesantren ke pentas nasional dan internasional, membuktikan bahwa santri bukan hanya ulama di mimbar, tetapi juga pemimpin di medan perang dan meja perundingan.

Masa Orde Lama dan Orde Baru: Santri dalam Pencarian Identitas Nasional

Setelah Indonesia merdeka, santri menghadapi tantangan baru. Di masa Orde Lama, mereka terlibat dalam dinamika politik yang sarat dengan kepentingan ideologis. Beberapa santri terjun ke dunia politik untuk mengawal kemurnian perjuangan bangsa. Namun, pada masa Orde Baru, pesantren dan santri mengalami tekanan yang cukup besar. Pemerintah saat itu cenderung mencurigai gerakan Islam, dan santri sering kali ditempatkan dalam posisi yang kurang menguntungkan.

Namun, inilah masa di mana pesantren memperkuat jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang mandiri. Di tengah represi politik, pesantren terus berkembang sebagai pusat pembinaan moral, spiritual, dan sosial. Beberapa pesantren bahkan mulai mengadopsi kurikulum yang lebih luas, menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu umum. Santri mulai dikenalkan dengan sains, teknologi, serta wawasan kebangsaan yang lebih inklusif. Inilah fase di mana pesantren dan santri secara perlahan tapi pasti menemukan cara untuk tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Era Reformasi: Santri Sebagai Agen Perubahan Sosial

Ketika era reformasi tiba, posisi santri semakin kokoh dalam tatanan sosial dan politik Indonesia. Kebebasan yang diberikan oleh reformasi membuka jalan bagi santri untuk lebih aktif terlibat dalam perubahan sosial. Bukan hanya di bidang politik, tetapi juga dalam gerakan sosial, pendidikan, hingga ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun