Pati, 14 september 2021
Bagi anak, lingkungan pertamanya adalah keluarga. Dalam keluarga merupakan suatu tahap pertama dalam mempelajari dunia. Pola asuh yang baik dalam keluarga merupakan pondasi pertama yang dimiliki anak dalam hidupnya jadi penting bagi orang tua untuk senantiasa belajar dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya karena orang tua adalah guru pertama bagi anak. Pola asuh yang diterima anak sama dengan doktrin yang ditanamkan sejak dini dalam kehidupan anak. Jadi, pola pikir, cara berperilaku, cara berbicara hal tersebut berawal dari didikan orang tua.
Orang tua sebagai pendidik yang paling utama dengan memberikan pola pengasuhan yang diterapkan dalam keluarganya. Orang tua memiliki peran penting dan strategis dalam menentukan kearah mana anak melangkah dan kepribadian anak akan dibentuk (Djamarah, 2014 : 44). Dalam mengasuh anaknya, orang tua memberikan perhatian, aturan, displin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya.
Banyak masalah anak yang menjadi pemicu rasa pesimis tinggi, misalnya kegagalan yang dialami, cemoohan, bahkan kesalahan orang lain yang ditimpakan padanya. Anak-anak adalah fase yang rentan, kesalahan menanggapi dan menyikapi dapat menjadi masalah serius. Contoh ketika anak gagal dalam bidang akademik, jangan sekali-kali katakan “kamu anak yang bodoh, Cuma seperti ini saja tidak bisa, kamu tidak berbakat, kamu tidak berkompeten dan lain sebagainya”. Kata-kata tersebut merupakan kekerasan verbal yang berdampak buruk dalam kejiwaan anak. Anak akan meyakini bahwa dirinya adalah anak tak berguna, anak bodoh dan lainnya. Berawal dari hal tersebut maka anak akan menjadi pesimis dalam belajar, pesimis dalam mencoba hal baru dan lain sebagainya. Kemudian akibatnya anak tidak dapat berkembang sesuai harapan.
Dalam perkembangan manusia pendidikan merupakan satu modal awal untuk berkembang. Pendidikan yang baik berperan besar sejauh mana manusia dapat berkembang. Pendidikan tak sebatas sekolah formal, namun kehidupan di keluarga, pola asuh dan lingkungan merupakan dominasi yang dipelajari dan diserap anak. Pendidikan tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan anak terutama kepercayaan diri seorang anak. Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri seorang anak, orang tua wajib mendidik anak dengan penuh kepercayaan pula. Misalnya, ketika anak belajar menggambar sebagai orang tua perlu mensupport dan mengapresiasi prosesnya. Kebanyakan orang tua masih beranggapan bahwa ketika anak beberapa kali gagal maka anak itu akan dilabeli sebagai anak bodoh, tidak berbakat, tidak berkompeten dan lain-lain.
Kesalahan pola asuh pada anak berakibat fatal bagi perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental. sebagai orang tua wajib bagi kita untuk memastikan anak berkembang secara keseluruhan baik itu secara fisik maupun mentalnya. Kondisi fisik yang berkembang secara sehat ditandai dengan bugarnya tubuh seorang anak, bergerak aktif dan tumbuh sesuai dengan usianya. Sedangkan perkembangan mental yang baik adalah bertambahnya kedewasaan anak, kepercayaan diri dan lainnya.
Percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki seseorang dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai tujuan hidupnya. (Hakim, 2004:6). Dalam menjalani kehidupan kepercayaan diri merupakan modal awal yang perlu dimiliki setiap orang. Dengan rasa percaya terhadap dirinya manusia akan yakin dan optimis dalam melakukan sesuatu, meskipun akan gagal rasa percaya untuk mencoba itu adalah sesuatu yang berharga. seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi tampak sebagai sosok yang berani.
Kepercayaan diri yang dimiliki manusia didapatkan dengan cara yang berbeda-beda diantaranya :
- Genetik (bawaan), seseorang dengan kepercayaan diri bawaan biasanya akan tampak menonjol sejak kecil. Biasanya anak yang memiliki percaya tinggi akan tampil didepan seolah mengatakan (inilah saya) dengan perilakunya. Dan hal tersebut tidak perlu diupayakan karena memang mereka memiliki anugerah rasa yakin yang tinggi terhadap dirinya.
- Pembiasaan (latihan), berbeda halnya dengan yang pertama, percaya diri yang dilatih biasanya berlangsung secara perlahan karena hal tersebut sedikit memaksa anak atau seseorang yang kurang percaya diri menjadi percaya diri. Hal tersebut bisa dimulai dengan mengekspos dirinya di dunia luar.
- Tuntutan lingkungan, untuk yang terakhir ini memang tampak seperti sebuah pemaksaan namun hal ini menjadi faktor peningkatan percaya diri yang efektif. Karena dengan adanya tuntutan lingkungan dia akan berusaha memenuhi standar lingkungan tersebut yang menyebabkan dia berlatih menjadi seseorang yang percaya diri.
Oleh karena itu, mulailah dengan dekati anak, pahami anak dan ajarkan mereka tentang kehidupan yang baik. Semakin percaya anak terhadap kehidupan yang baik maka mereka akan percaya dengan hidup dan percaya dengan dirinya. Begitupun sebaliknya, ketika anda menunjukkan sisi kejam dunia tanpa menunjukkan kebaikan didunia maka anak akan berkembang menjadi manusia yang penakut bahkan bisa menjadi brutal sebagai wujud perlawanannya.
Penulis: Choirul Anam Basudewa (KKN MDR MUGIWARA IPMAFA PATI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H