[caption id="attachment_167890" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Bila putra/putri Anda suatu saat besar dan harus tinggal di tempat kos karena kuliah di kota yang berbeda dengan Anda, apa yang harus Anda lakukan? Ya, yang pasti persiapan berupa mencarikan tempat kos yang layak entah ukuran kamarnya, jarak dari kos ke kampus hingga hal yang bersifat fisik lainnya. Namun sebenarnya, ada hal yang lebih penting dari sekedar memilihkan tempat kos yang bagus, ber-ac, kamar mandi dalam, tidak bocor, bebas banjir, dekat dengan kampus, dan seterusnya... Buat saya, memberikan pembekalan mental dan kepribadian, jauh lebih penting dari itu semua. Tempat kos itu adalah sebuah masyarakat dan keluarga kecil yang pasti tetap harus diwaspadai oleh orang tua agar putra/putrinya tidak hanya nyaman secara fisik, tetapi juga nyaman untuk mental. Lingkungan yang nyaman  dapat mendukung membangun diri tanpa kehilangan jati dirinya. Masalahnya, kita tidak bisa mengatur siapa yang menjadi teman kos dan penghuni tempat kos tersebut. Pesta Minuman Keras Setelah tamat SMA, saya berniat kuliah di Kota Malang atau Jogjakarta. Namun Ibu saya melarang dan minta saya melanjutkan pendidikan tinggi di Surabaya saja yang lebih dekat dari Madura. Alasannya karena Malang dan Jogja terkenal dengan narkoba dan free sex. Waktu itu memang ada banyak berita mahasiswa yang tertangkap pesta ganja dan kumpul kebo, dan free sex ala children of god di Jogja. Saat itu pasokan ganja dari Aceh begitu gencar, entah bagaimana di jaman DOM (Daerah Operasi Militer), ganja Aceh bisa sampai ke pulau Jawa. Akhirnya saya kuliah dan kos di Surabaya. Kos pertama saya begitu spesial, karena penghuni kosnya dari berbagai etnis dari pulau Jawa, Sumatra hingga Sulawesi Utara. Kos saya ini hanya berjarak 50 meter saja dari kampus dan berada di pinggir jalan utama. Namun 4 teman kos saya tersebut hampir semuanya suka minum dan ngelonte (wanita). Hampir setiap malam minggu terutama pada awal bulan  mendapatkan kiriman dari orang tua, mereka mengadakan pesta minum dan sex di kos-kosan. kebetulan tempat kos pertama saya tidak dijaga oleh pemilik dan mereka tinggal terpisah. Biasanya 2 orang gadis muda entah dari mana, bergabung dengan mereka. Bila pesta dimulai, sayapun mengungsi pergi dari tempat kos dan berjalan-jalan sendiri keluar. Biasanya saya baru kembali jam 12 malam saat pesta telah usai. Tak jarang pula pesta belum usai dan saya ditawari minuman atas nama 'penghormatan' walau hanya seteguk bir hitam atau whisky. Beruntung saya bukan tipe orang  yang mudah dipengaruhi atas nama pertemanan. Saya selalu bisa menolak tawaran mereka. Tak jarang pula mereka muntah di berbagai tempat. Mulai dari kamar, lorong, hingga kamar mandi. Bila sudah begitu, bau muntahan dan minumal menjadi aroma yang menyebalkan. Kurang lebih 6 bulan saya bertahan di tempat kos pertama, setelah ujian akhir semester berakhir, sayapun mencari tempat kos yang lain. Sebuah tempat kos sederhana dan dengan bapak dan ibu kos yang sederhana pula. Kos di tempat ini cukup betah dan lama. Teman-teman kosnya juga asyik-asyik. Diantaranya adalah seorang teman dari Makassar bernama Agus yang kuliah di jurusan Psikologi yang menjadi teman diskusi terbaik di tempat kos. Juragan Ayam Kampus Seperti yang saya utarakan sebelumnya, kita tidak bisa memilih teman kos kita. Suatu hari seorang mahasiswa datang sebagai penghuni kos yang baru. Dia tampak begitu rajin beribadah, cocok dengan asal kotanya yang terkenal sebagai kota santri. Namun hari-hari berikutnya, ada banyak gadis-gadis muda seperti mahasiswi yang silih berganti mencari penghuni baru ini. Beberapa bulan berikutnya, kasak-kusuk di lingkungan kos menyebutkan kalau dia itu adalah juragan ayam kampus. Dan gadis-gadis muda yang sering datang ke kos-kosan adalah ayam kampus peliharaannya. Pantas ayamnya kinclong dan berbau harum. Hmm..... Saat semester akhir saya memutuskan untuk pindah kos. Hal ini karena kondisi fisik kos tidak nyaman lagi. Selain sering bocor, air untuk mandi mulai dibatasi. Kran air sering dimatikan saat malam hari. Padahal saya sudah bertahan di kos tersebut selama 3 tahun, namun akhirnya harus memutuskan pindah juga untuk mencari tempat yang lebih baik. Pergaulan Bebas namun Bukan Sex Bebas [caption id="attachment_159796" align="alignright" width="310" caption="Courtesy of wwwduniaremaja-zahra.blogspot.com"]
[/caption] Tempat kos ketiga lingkungannya sangat nyaman. Kos pria yang saya tempati cukup ideal dari fasilitas dan lingkungan. Kiri kanan kos saya aalah kos wanita dan kami memiliki teras yang menyatu. Kadangkala kita bisa ngobrol di teras bersama. Namun karena ibu kos tinggal jadi 1 rumah dengan tempat kos putri, maka pergaulan kami tidak pernah melampaui batas, walaupun ada juga teman yang cinta lokasi pacaran dengan mahasiswi yang kos di sebelah rumah. Bila mereka akan keluar bersama, cukup teriak dari dalam kos, maka akan terdengar ke kos sebelah rumah.
Bos Pil Koplo Walau kondisi kos nyaman, namun ada saja hal yang bisa merusak suasana nyaman tersebut. Seorang teman kos yang saya kenal baik, ternyata mulai kecanduan pil koplo seperti Mogadon dan Rohypnol. Bila sudah mulai 'ngeboat' (baca: minum obat), ada saja tingkah laku anehnya yang lucu. Sepertinya dia kehilangan kepribadiannya. Jika pada dunia nyata dia adalah orang yang pemalu dan sopan, namun bila sudah mabuk obat alias
fly to teh sky ini, orangnya jadi terbuka, berani, blak-blakan dan konyol. Pernah suatu hari saat kami duduk di teras bersama-sama, teman yang suka ngeboat ini muncul dari kamarnya dan langsung memeluk tiang rumah seolah-olah itu pacarnya. Kami yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Setelah dia normal/tersadar, biasanya dia tidak percaya dengan cerita kelakuannya saat mabuk. Terakhir sekali minum bisa menghabiskan 1 tik (1 tik berisi 10 tablet). Ternyata semakin lama, tubuhnya semakin resisten. Bila tadinya minum 3-4 tablet sudah bisa fly, maka pada periode berikutnya dia butuh hingga 7-8 tablet. Bila sudah 1 tik, maka alarm OD (Over Dosis) sudah membayangi teman kos saya ini. Dia punya stok hingga beberapa box Pil koplo. Selain sebagai pemakai, ternyata dia mulai bertindak sebagai pengecer juga. Katanya agar dia bisa menggunakan pil gratis dari keuntungannya berjualan. Beberapa kali saya ditawari untuk mencoba pil koplo ini secara gratis. Namun saya tidak pernah tertarik untuk mencobanya. Selain karena kepribadian saya yang tidak suka membebek, saya berasal dari keluarga yang bahagia. Hampir tidak pernah mengalami depresi karena faktor apapun, apalagi karena konflik keluarga. Â Mungkin hal tersebut yang membuat saya imune terhadap tawaran obat anti depresi, narkoba, minuman, judi dan wanita. Huh, memang berat hidup di tempat kos bila kita tidak punya kepribadian yang kuat.
Tempat Kos Lain Depan persis tempat kos saya yang ketiga ini luar biasa. Sebuah kos wanita dengan bangunan bertingkat 2 membuat saya bergidik melihat para penghuninya. Sebagain dari mereka biasa duduk di teras bangunan atas dengan tank top dan celana pendek. Rupanya mereka-mereka ini adalah mahasiswi sebuah PTS yang nyambi kerja di tempat hiburan malam. Seringkali mereka berangkat kerja pakai taksi dan pulang larut malam hingga pagi hari dengan diantar pelanggan. Pelanggannya ya pasti om-om senang. Saya tahu karena biasa tidur hingga subuh karena begadang dengan teman diskusi atau hanya main gitar saja. Bahkan konyolnya, seorang penghuni kos wanita, diusir oleh ibu kosnya karena tertangkap basah oleh Pak RT setempat karena memasukkan teman prianya di kamar kosnya semalaman. Pacar menginap di kamar kos pasangannya sering terjadi. Namun bila si pria yang menginap di kamar kos wanita, itu memang agak nekat. Kehidupan mahasiswi nyambi ini luar biasa. Pakaian dan dandanannya glamour. Walaupun demikian, mereka tetap ramah pada kami yang biasa memandangi mereka dengan mata nanar dan lidah menjulur keluar. Celakanya lagi, sebagian teman kos yang merupakan mahasiswi biasa, mulai terpengaruh untuk ikutan dugem di diskotik dan tempat hiburan malam lainnya. Menjadi SPG rokok biasanya adalah profesi awal terjerumusnya para mahasiswi untuk menjadi Purel (public relation). Bila tadinya purel adalah sebuah profesi yang baik, saat ini istilah purel lebih berkonotasi
lady escort atau wanita yang menemani tamu pria minum dan bersenang-senang. Sebuah tempat kos pria  yang dihuni oleh kelompok mahasiswa dari luar pulau (Indonesia bagian timur), bahkan lebih parah lagi. Di kos-kosan, mereka biasa menanam ganja di pot bunga. Ternyata memang biji ganja sangat mudah disemai dan ditanam untuk menjadi pohon ganja ya. Di kos-kosan sudah sangat biasa melihat mahasiswa teler. Biasanya kita bisa lihat apakah para penghuninya termasuk anggota
Drunken Master atau bukan, bisa dilihat dari ada atau tidaknya botol minuman dari merek-merek yang sudah terkenal berjajar di koridor atau belakang rumah. Sebuah kos atau lebih tepat kontrakan rumah teman mahasiswa, justru lebih berbahaya lagi ari segi pergaulan bebas. Walaupun penghuninya tidak minum dan narkoba, namun kamar di kontrakan mereka biasa digunakan sebagai tempat mesum. Biasanya pacarnya datang dan tinggal seharian di kamar. Entah apa saja yang dilakukan bila pintu dan jendela ditutup rapat. Mungkin mereka sedang bermain dakon atau kelereng ya. Teman satu kontrakan yang lain biasanya maklum dan sudah terbiasa. Hal ini karena kontrakan tersebut berada pada masyarakat yang apatis. Pengurus RT dan RW juga tidak perduli dengan tingkah laku para mahasiswa. Kondisi ini mirip tempat kos teman saya di Bali, di mana 1 rumah dihuni oleh jenis kelamin yang berbeda. Istilahnya kos campuran. Kos campuran inilah tempat yang nyaman bagi penggemarÂ
sament leven atau kumpul kebo di kalangan mahasiswa.
Sikap Orang Tua Jadi untuk orang tua. Memilih tempat kos yang sehat, asri dan nyaman untuk putra-putri Anda memang penting. Namun ada baiknya orang tua juga membekali putra putrinya dengan pendidikan karakter yang baik. Agar mereka bisa tahan (imune) terhadap berbagai godaan dan penyesetan di lingkungan kos mereka nantinya. Ada baiknya untuk terus memonitoring dan mengontrol kondisi mereka di tempat kos. Lakukan kunjungan untuk mengetahui kondisi lingkungan yang sebenarnya. Namun hati-hati juga untuk tidak terlalu paranoid, agar putra-putri Anda bisa belajar memegang tanggungjawab dirinya dan bisa dihargai sebagai manusia dewasa yang baru tumbuh. Pembatasan dan pengawasan yang terlalu ketat, hanya akan mencederai konsep diri dan kemandiriannya. Terakhir, bangun dialog atau komunikasi terbuka. Jadilah orang pertama yang mengetahui perasaan dan keadaan putra-putri Anda sendiri. Bila putra-putri Anda lebih nyaman curhat pada orang lain, itu berarti Anda belum berhasil membuka ruang dialog dan komunikasi terbuka dengan mereka. Demikian pengalaman selaku anak kos. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya