Saya heran dengan bombardir iklan pengobatan China (TCM : Traditionale Chinese Medicine) di televisi. Saya bisa bayangkan berapa ratus juta rupiah yang dikeluarkan oleh klinik pengobatan China tersebut, agar bisa tampil secara berkala dan dalam waktu dan durasi yang cukup lama. Padahal, iklan di koran Jawa Pos untuk Metropolis (Surabaya) di halaman kedua  untuk ukuran 5 kolom x 10 cm, menghabiskan 12 juta per terbit. Bayangkan bila 1 iklan di televisi dengan durasi sekitar 60 detik yang muncul 3x dalam sehari selama 6 bulan berturut-turut. Pasti kontrak TCM dengan stasiun televisi cukup istimewa sehingga mendapatkan harga khusus. [caption id="attachment_199915" align="aligncenter" width="450" caption="Courtesy of tcmpage.com "][/caption] Bila TCM tersebut bisa membayar biaya iklan hingga milyaran rupiah, berapa banyak pasien yang bisa dijaringnya, sehingga bisa bertahan hingga saat ini. Bahkan rasanya TCM ini bertambah pesat saja di Indonesia, sehingga TCM menjadi pengobatan alternatif yang utama setelah medis. Banyaknya jumlah pasien dikarenakan iklan yang menggunakan model testimoni. Entah benar atau tidaknya testimoni mereka, yang jelas cukup kuat mempengaruhi mereka yang telah putus asa karena sakitnya tidak bisa sembuh secara tuntas. Penyakit yang menjadi sasaran TCM ini seperti kanker, diabetes dan gagal ginjal. Pertanyaannya adalah, benarkah TCM ini lebih hebat dan lebih ampuh dari pengobatan medis modern? Benarkah seseorang yang divonis gagal ginjal dan harus cuci darah semingg sekali bisa sembuh total dalam waktu 3x pengobatan? Benarkan diabetes bisa disembuhkan secara total? Apakah TCM ini hanya menjual angin surga saja untuk mendapatkan uang pasien yang telah putus harapan atau sekedar mencoba-coba saja? Seorang teman baik saya yang tahun lalu meninggal dunia akibat gagal ginjal, pernah mendatangi salah satu klinik  TCM dengan harapan bisa sembuh dan ginjalnya berfungsi kembali. Klinik tersebut menawarkan 3 paket pengobatan dengan harga yang berbeda-beda. Semacam kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif yang harganya puluhan juta rupiah. Yang saya ketahui, penderita gagal ginjal tidak boleh minum ramuan sembarangan, bahkan volume minum saja harus ditakar agar tidak teracuni dan bengkak karena air yang tidak bisa keluar melalui saluran urin karena ginjal tidak lagi berfungsi menyerap air dari darah. Teman saya tersebut bertanya ke petugas klinik, pakaha kalau dia mengambil paket penyembuhan yang paling mahal, mereka bisa menjamin kesembuhan gagal ginjalnya? Mereka hanya menggelengkan kepala. Memang pada akhirnya takdir Tuhan menyatakan akhir dari perjalanan hidup teman saya tersebut. Walaupun telah cuci darah 2x seminggu, namun infeksi telah menyebar ke seluruh organ vital lainnya. Jika memang TCM lebih hebat daripada kedokteran modern karena bisa menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh secara medis oleh kedokteran modern, ada baiknya pemerintah kita segara membuat pendidikan kedokteran berbasis TCM. Buka sekolah-sekolah pencetak sinshe untuk menjadi partner dokter-dokter yang terbatas kemampuannya dalam mengobati darah tinggi, kolesterol, gagal ginjal, diabetes dan asam urat. Buka klinik di desa-desa dengan nama TCIM (Traditionale Chinese Indonesian Modern).  Tunjuk juga menteri kesehatan yang ahli di bidang TCM, dan tidak perlu bergelar Dr. Dr. SP. (Spesialis). Cukup Asep Irawan, S. TCM. atau Dudung, S. TCM (sarjana TCM). Namun saya tidak tahu apakah para dokter yang kuliahnya susah itu harus malu atau malah bersyukur dengan adanya TCM yang 'kemampuan' menyembuhkan penyakitnya di atas mereka. Atau iklan-iklan TCM itu yang harus diluruskan agar masyarakat tidak 'tertipu' dan menganggap TCM lebih hebat daripada kedokteran modern. Yang penting buat saya dan Anda, Jaga kesehatan sebelum datang sakitmu, karena orang miskin dilarang sakit. Bahan Bacaan
- Iklan.Testimoni.Pasien.Dinilai.Menyesatkan
- IDI.Tak.Tuduh.Iklan.TCM.Bohong.tetapi.
- Inilah.Klinik.Terhebat.Sakit.Berat.Sembuh.Sekejap
- IDI.Iklan.Testimoni.TCM.Lecehkan.Profesi.Dokter
- Iklan.Testimoni.Marak.di.Mana.Pemerintah.
- Masyarakat.Kepepet.Pengobatan.Apapun.Ditempuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H