[caption id="" align="alignleft" width="356" caption="Red Devil"][/caption] Malam ini seluruh dunia sedang gegap gempita menyambut pertarungan super dahsyat dalam memperebutkan siapa yang pantas menjadi klub Numero Uno dalam final Liga Champion XI, dan dianggap sebagai pertandingan fiinal terbaik dalam 1 dekade ini. Dua tim besar dunia, Manchester United (MU) yang dikenal sebagai Red Devil atau setan merah, dan Barcelona atau Le Barca. Pertandingan final ini diprediksi akan sangat seru karena keduanya adalah juara pada masing-masing liga di negaranya. MU menjadi juara Liga Inggris sedangkan Le Barca menjadi juara Liga Spanyol pada musim pertandingan tahun ini. Antusias masyarakat bola di dunia khususnya di Surabaya tempat saya  saat ini memang luar biasa. Berbagai undangan 'nobar' alias nonton bareng di berbagai hotel, kampus, sampai level warung kopi disambut hangat oleh para pecinta bola yang siap-siap untuk begadang dari pagi dini hari hingga subuh nanti. Walau kedua tim tersebut bukan tim sepak bola Indonesia yang berada dibawah naungan PSSI, namun keduanya seperti sudah menjadi milik semua orang tanpa batas negara, jenis kelamin dan perbedaan primordial lainnya. Ini yang sebenarnya kita rindukan dari klub sepakbola yang ada di Indonesia. Namun sayang, pertandingan yang seharusnya berada di lapangan hijau, terganggu oleh pertandingan para 'elite pengurus sepak bola' yang memperebutkan tempat pengurus PSSI tanpa memikirkan bahwa mereka telah membuhuh harapan seluruh rakyat Indonesia akan olahraga sepak bola rakyat yang maju dan membanggakan. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Cortesy of http://weareindonesianfuture.wordpress.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H