Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya Suka Pak Polisi

3 Januari 2012   11:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:23 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun nenek dan ibu saya melarang saya menjadi polisi saat lulus sekolah menengah atas dulu, namun sebenarnya cita-cita gagah berseragam polisi pernah saya miliki. Bahkan saya sangat senang dengan film Chips yang tayang di TVRI kala itu. Jika Anda mungkin pernah melihat tayangan Miami Vice, sekumpulan polisi Miami yang bertugas menggulung berbagai komplotan jahat,  serta film seri Hunters, merupakan film-film yang bertemakan polisi melawan polisi.

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Diambil dari http://blontankpoer.blogsome.com"][/caption] Dalam film tersebut juga ditayangkan betapa ternyata kadangkala polisi tidak hanya melawan penjahat yang jelas-jelas jahat seperti kelompok mafia narkoba. Seringkali mereka para polisi baik itu harus melawan temannya sendiri sesama polisi yang sudah menyimpang dari jalur hukum yang harus mereka tegakkan. Kejadian saat ini ketika polisi dihujat karena berbagai 'kesalahan' penanganan konflik, rasanya cukup membuat saya sedih. Saya bukan 'anak kolong'. Dalam keluarga saya tak satupun yang menjadi polisi atau tentara sesuai pesan nenek sebelumnya. Namun rasanya kasihan juga melihat bulan-bulanan saat terjadi demonstrasi. Polisi menjaga keamanan salah, namun membiarkan kerusuhan dan demo yang meresahkan masyrakat juga pasti salah. Saya juga merasa polisi masih sangat dibutuhkan. Sering kali saya melihat polisi sudah bertugas menempati posisinya di pagi hari untuk mengatur lalu lintas agar tidak timbul kemacetan dan menghindari orang untuk melanggar lalu lintas. Beberapa kali saya lihat Pak Polisi harus turun tangan saat hujan mengendalikan lalu lintas dengan sepatu gagahnya yang diganti dengan sepatu karet ala pekerja konstuksi bangunan. Sering juga polisi membantu mendorong mobil yang mogok tanpa ada orang yang peduli. Bisanya para pemilik mobil itu cuman membunyikan klakson sekeras-kerasnya bila ada yang kendaraan yang mogok tanpa mau turun membantu. Kadang kala saya bersyukur bila ada polisi yang melakukan razia. Dengan adanya razia kendaraan bermotor, mudah-mudahan bisa menemukan kendaraan bermotor yang hilang dicuri. Razia kendaraan juga 'memaksa' masyrakat untuk disiplin. Walau saya juga tidak begitu suka dengan polisi yang menilang hanya karena urusan remeh-temeh seperti  tutup pentil ban yang lepas. Namun sering juga saya menemui polisi saat razia yang bersikap bijak. Mereka hanya memberikan peringatan tanpa memberikan surat tilang. Ya, polisi juga manusia. Mereka adalah bagian dari keluarga kita di Indonesia. Mereka juga punya anak, istri, dan keluarga besarnya. Saat para demonstran menghajar polis dengan batu dan kayu, pastilah keluarga polisi tersbeut cemas di rumah dan mengharapkan bapaknya pulang dari bertugas dengan selamat. Polisi juga manusia. Selain mereka punya KAM (Kewajiban Asasi Manusia) untuk melayani dan melindungi masyarakat sebagai sesama manusia, mereka juga punya HAM (Hak Asasi Manusia). Kepada para mahasiswa yang sering demo, janganlah Anda merasa belum puas berdemo kalau belum bentrok dengan polisi. Saya paham, beberapa mahasiswa rasanya belum seperti Che Guevara bila belum bentrok dengan polisi dan masuk penjara karena menjadi aktivis pembela rakyat. Katanya, itu bagian dari romantika sebagai mahasiswa. Benarkah begitu? Untuk Pak Polisi, belajarlah kembali untuk menyelesaikan masalah dengan arif dan bijaksana. Tidak selamanya kekuasaan dengan kekerasan bisa mneyelesaikan masalah. Belajarlah teknik berdiplomasi dan bernegosiasi. Rasanya akan sangat nyaman jika polisi secara simpatik dapat berdiplomasi dengan kata-kata tanpa harus dengan pentungan, gas air mata, peluru karet, apalagi peluru tajam. Namun bila ada sebagian masyarakat yang bertindak anarki. Pak polisi tolong juga jangan ragu-ragu untuk bertindak. Jangan sampai pembiaran anarki juga melanggar ham. Toh mereka yang berbuat anarki dengan merusak fasilitas umum apalagi menyerang orang lain, pada hakikatnya juga telah melanggar HAM. Gunakan kamera video untuk mereka kondisi yang ada, agar ada bukti dari pihak polisi untuk menjawab polemik yang terjadi di media massa. Biar masyrakat juga tahu bagaimana kondisi peristiwa sehingga polisi juga tidak selalu disalahkan saat melakukan tindakan yang dianggap perlu. Terkahir. Saya suka polisi, namun polisi yang baik, yang kehadirannya dibutuhkan dan menentramkan. Yang menjalankan motto mengayomi dan melindungi masyarakat. Ayo pak polisi.. semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun