Pernahkan Anda mengamati betapa saat ini jumlah rider (pengendara) motor antara pria dan wanita di Surabaya dan Sidoarjo hampir berimbang. Setiap kali saya berangkat kerja dari Surabaya coret (Sidoarjo) ke Surabaya, menyaksikan begitu banyak pengendara sepeda motor wanita. Bahkan secara iseng saya mencoba menghitung jumlah pengendara wanita dan pria yang berhenti saat di lampu merah, jumlahnya nyaris fifty-fifty. Rupanya mobilitas wanita saat ini tidak laggi tergantung pada pria. Berbeda dengan kondisi tahun 90-an, wanita biasa dibonceng pria entah itu bapak, kaka, adik, suami, pacar, atau temannya. Saat ini kesimpulan saya pribadi, wanita lebih berani dan mandiri untuk berpergian dengan motor. Ada banyak hal mengapa wanita saat ini lebih mandiri untuk berpergian dengan motor. Selain semakin terjangkaunya harga motor bebek, juga karena keberhasilan promosi motor matic yang memang digunakan untuk wanita. Padahal sebelum adanya era matic, motor diiedentikkan dengan pria, walaupun sebenarnya motor itu tidak berjenis kelamin. Siapa saja bisa menggunakannya asal nyaman. Namun memang, beberapa wanita yang menggunakan motor sejenis Honda Tiger atau Kawasaki Ninja memang tampak lebih maskulin, tetapi bukan berarti pria yang menggunakan bebek matic akan tampa feminin. Itu yang saya amati dari ibu-ibu dan karyawan wanita yang mengantarkan anaknya ke sekolah dengan menggunakan Honda MegaPro. Wanita lebih memilih mengendarai motor bisa karena merasa lebih aman dan nyaman daripada naik angkutan umum. Apalagi para wanita pekerja, mahasiswai, dan ibu rumah tangga pengantar-jemput anak-anaknya yang sekolah, mereka akan lebih fleksibel untuk bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain. Kembali lagi pada wanita pengendara motor di jalan. Pernahkah Anda melihat cukup banyak wanita yang ternyata tukang ngebut. Pada saat jalan sepi antara Surabaya-Sidoarjo, saya biasa melihat wanita menyalip sepeda motor saya saat berjalan dengan kecepatan 60 km per jam. Pernah saat penasaran karena si wanita cukup good looking dilihat dari kacamata minus satu seperempat saya, saya mencoba untuk mengejar dan mengukur berapa kecepatan si wanita tadi. Hebatnya, mereka bisa ngebut di jalan raya lebih dari 70 km per jam. Si Wanita dengan licahnya zigzag menyalip banyak kendaraan bermotor lainnya. Kejadian tersebut tidak hanya 3-4 kali tetapi lebih dari itu. Wanita jago ngebut tidak hanya mereka yang single, tetapi juga dilakukan oleh ibu-ibu yang membonceng anaknya. Mengapa wanita suka mengebut? Jawaban alternatifnya bisa karena:
- Si wanita adalah anak sekolah, kuliahan, pekerja kantor atau pegawai pabrik yang takut terlambat untuk masuk kerja, karena aturan pemotongan gaji bagi yang terlambat.
- Si wanita merasa tidak nyaman jika berkendara pelan, karena takut dirampok atau dirampas sepeda motornya di jalan. Hal ini terutama berkendara di malam hari dan jalan sudah sepi.
- Si wanita kebelet? Ah entahlah. Kalau kebelet atau sakit perut memang harus cepat-cepat sampai di tempat tujuan, agar tidak tercecer di jalan. yeks!
- Si Wanita memang penyuka adrenalin, dengan ngebut bisa mendatangkan kesenangan.
- Alasan lainnya saya enggak tahu, karena saya belum pernah mewawancarai para gadis, janda dan ibu rumah tangga yang jago ngebut.
Motivasi ngebut wanita dan pria sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun motivasi pria bisa lebih kompleks lagi dari apa yang coba saya identifikasi di atas. Pria punya tambahan motivasi lainnya yaitu diantaranya: [caption id="attachment_159625" align="alignright" width="236" caption="diambil dari dwinugros.wordpress.com"][/caption]
- Pria bisa saja ngebut hanya karena didahului oleh orang lain. Akibatnya sering terjadi kejar-kejaran motor karena masing-masing merasa 'panas' kalau sampai didahului. Hal ini biasa terjadi pada pelajar dan mahasiswa yang masih berjiwa muda dan mudah panas hati.
- Pria bisa ngebut karena bertemu dengan rombongan ambulan atau konvoy pengawalan polisi (voorijder). Dengan berada di belakang konvoi yang ngebut, maka mereka bisa lebih cepat sampai tempat tujuan.
- Pria ngebut karena motornya baru. Terutama para pemuda yang menggunakan motor sport. Mereka sangat bangga bila bisa menyalip banyak motor dan menjadi yang terdepan saat garis start di lampu merah. Jangan heran, bila perubahan lampu merah menjadi hijau merupakan garis start mereka tipe pembalap. Lebih seru lagi bila mereka bertemu dengan pemuda lain, ego bersaing muncul seperti pada kasus nomer 1 di atas.
- Pria muda biasa mengebut bisa menaiki motor sport dan sedang membonceng pacar atau seorang gadis. Perasaan ingin tampak hebat akan menyebabkan si pria muda untuk memacu motornya di jalan dengan kencang. Biasanya si wanita muda akan memeluk erat di belakangnya hingga punggung si pria muda menjadi 'bolong'. (Hah, Â kok bisa bolong?). Kondisi kontras terjadi pada pria muda yang sudah mendapatkan hati si wanita. Laju motornya akan lambat dan bahkan kalau bisa lebih lambat daripada becak, agar mereka tidak segera sampai ke rumah. Jalanan menjadi tempat yang nyaman untuk berdua-duaan.
- Yang lebih tragis lagi adalah, pria muda dan tua, sama-sama ngebut di jalan saat mereka melihat gadis muda cantik ngebut atau cewek seksi dengan rok mini, celana pendek atau bahkan celana ala hipster yang menampakkan bagian bokong cewek yang dibonceng. Kasus ini sering terjadi di jalan. Saya menyebutnya sebagai kasus ikan remora. Gadis dengan pakaian seksi sebagai hiu, dan pria yang mengikutinya sebagai di belakang beramai-ramai sebagai ikan remora. :) Ayo ngaku, siapa  yang pernah jadi ikan remora di jalan saat melihat ikan hiu seksi naik motor. :)
- Yang lainnya tambahkan sendiri ya di komentar. Nanti saya update tulisan ini sesuai komentar Anda. Setuju ya. :)
Yah demikian... pria atau wanita ternyata tukang negbut juga. Motivasinya mungkin berbeda-beda. Di musim hujan begini, pria dan wanita sama-sama ngebut saat udara dingin seperti akan turun hujan dengan harapan agar tidak kehujanan di jalan. Jadi, hati-hati di jalan, agar Anda dan orang lain juga bisa sama-sama selamat sampai di tempat tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H