Pagi ini sebuah pesan masuk di inbox facebook. Pesan datang dari seorang alumni yang menanyakan di mana komunitas keagamaan yang biasa menggunakan hijab dan bercadar di Sidoarjo. Saya langsung menjawab dengan pertanyaan, apakah dia akan gunakan untuk thesis. Karena yang saya tahu, sebelumnya alumni tersebut menanyakan judul atau topik untuk tesisnya. Jawaban berikutnya membuat saya terkejut saat dia memberi tahu kalau adiknya baru saja hilang dibawa oleh wanita bercadar. Saya mencoba meminta informasi sejelas-jelasnya terkait ciri-ciri korban, seperti foto, nama, usia, pekerjaan dan tempat tinggal. Dari alumni tersebut kemudian saya dapatkan foto dan namanya. Termasuk juga tanggal berapa hilangnya. [caption id="attachment_298291" align="aligncenter" width="357" caption="Foto Korban (Dok.Pri)"][/caption]
Nama lengkapnya Salimatul Khoiriyah. Berusia 25 tahun dan berasal dari Lamongan. Menurut kakaknya tersebut, korban meninggalkan rumah bersama wanita bercadar itu pada tanggal 9 Desember 2013. Parahnya, dia membawa uang keluarga 16 juta, sebuah notebook dan 8 handphone milik keluarganya. Kemungkinan komplotan ini berada di sekitar pintu tol Sidoarjo dan sekitarnya. Sebelumnya, korban pernah menghilang dibawa pelaku pada 29 September 2013 selama 1.5 bulan. Setelah kembali, kondisi korban seerti linglung, sukan ngomong ngelantur, membahas tentang jihad dan bahkan sukan mengancam anggota keluarga yang lain. Saya sampaikan kepada kakak korban, kalau adiknya tersebut kemungkinan korban cuci otak NII KW-9 seperti yang terjadi di banyak tempat di Jakarta dan Bandung. Pada peristiwa hilangnya korban yang pertama, rupanya korban dicuci otaknya alias didoktrin. Berikutnya, korban disuruh pulang untuk mengumpulkan uang dan harta benda yang bisa 'dicuri' dari rumah. Berikutnya, korban kembali lagi ke komunitasnya dengan barang hasil 'penjarahannya'. Kasus ini ternyata pernah terjadi di Surabaya pada sekitar tahun 2000-an, kata seorang teman saya. Korbannya seorang mahasiswi yang dicuci otak untuk hijrah. Semua tabungannya habis dan bahkan orang tuanya pusing dengan permintaan uang anaknya. Kasus model ini banyak terjadi di kalangan mahasiswa di Bandung. Modusnya, si mahasiswa meminta uang ke orang tuanya untuk mengganti notebook temannya yang dirusak atau dihilangkannya. Saat tulisan ini dibuat, keluarga korban baru saja melaporkannya ke polisi dan polisi mencoba mendeteksi keberadaa korban dari posisi handphonenya yang berada di H-Tech Mall Surabaya. Kemungkinan korban dan komplotan penculiknya sedang berusaha menjual notebook yang dibawanya. Atau justru mungkin handphone sudah berpindah tangan ke pembeli atau orang lain. Mohon bantuannya bila ada kompasianer yang mengetahui korban. Bisa langsung ke inbox Kompasiana ini, atau ke Fesbuk saya di https://www.facebook.com/choiron. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H