Kamis lalu (26/3), saya masuk dalam acara KompasianaTV yang membahas bangkitnya MMM -- kegiatan moneygame. Selain saya, ada 3 kompasianer lainnya, yaitu Mas Alan dari Madura yang memang konsen menulis sepak terjang MMM, Mas Rohmat dari Jakarta dan Mbak Fita dari Banten. Sedangkan dari pihak MMM, diwakili oleh Ibu Firdaus Bawazier -- pendiri dan manajer MMM Indonesia.
Saat test gambar dan suara, semua baik-baik saja. Saya juga masih kelihatan (karena bukan siluman) dan teman-teman yang bergabung di Google Hangout juga masih bisa saya lihat dan saya dengar suaranya. Bahkan, sebelum acara dimulai, saya sempat berbincang dengan Mas Rohmat dengan gambar dan suara clear. Namun saat acara dan giliran saya berbicara, ternyata koneksi mulai tidak stabil dan akhirnya, acara hangout menjadi benar-benar 'hang' karena gambar saya macet di KompasTV. Nasib... :)
[caption id="attachment_375845" align="aligncenter" width="600" caption="Fita makan pisang? hehehe... (Dok.Pri)"][/caption]
Pada sesi acara, Mas Alan mendapatkan kesempatan pertama, mempertanyakan tambahan 30% saat member mendapatkan GH atau Get Help-- istilah untuk keuntungan yang didapat di MMM. Mbak Fita lebih menceritakan pengalaman keluarganya yang bergabung di MMM dan akhirnya buntung karena MMM mengalami restart karena macet.
Ada satu pandangan yang tidak sempat saya sampaikan di acara KompasianaTV tersebut dan rasanya perlu saya sampaikan melalui tulisan ini, yaitu berkaitan dengan mengapa MMM bisa sampai restart. Dari semua berita, termasuk pendapat Ibu Firdaus bawazier, sebelum restart, awalnya MMM mengalami masalah teknis di website mereka, sehingga proses PH dan GH menjadi belum bisa dilakukan. Sebagai informasi, MMM memang bukan lembaga yang menerima dan menyalurkan uang anggotanya. MMM hanyalah sebuah sistem distribusi uang, yang diatur dengan menggunakan sistem komputer. Sehingga saat sistem komputer pada Juni-Agustus 2014, MMM menjadi lumpuh dan akhirnya diputuskan restart pada awal september.
Dari awal, saya memang prihatin dengan keberadaan MMM. Apalagi di website MMM sendiri mengakui bahwa mereka adalah money game dan segala resiko ditanggung peserta. Padahal tidak ada pertambahan kekayaan, dari model skema ponzi atau money game, kecuali bagi mereka yang menjadi peserta di awal atau berada pada puncak piramida. Sedangkan mereka yang menjadi alas piramida, siap-siap saja suatu saat sistem akan macet, dan keuntungan 30% yang mereka harapkan akan hilang beserta modal PH yang mereka telah setorkan. Celakanya, peserta MMM ini juga dari kalangan polisi, tentara dan orang berpendidikan seperti dosen juga.
Ibu Firdaus memang benar, kalau MMM itu modal utamanya adalah kepercayaan. Mereka harus percaya kepada sistem komputer yang mengatur semua akun yang terdaftar, aktifitas akun untuk melakukan PH dan GH, serta blacklist bagi akun yang diketahui curang. Namun, saya sebagai orang yang pernah 'kursus komputer', justru melihat kelemahan mendasar dari sistem MMM ini, antara lain:
- Pengelola MMM Indonesia sebenarnya hanya mengkambinghitamkan teknologi dan sistem komputer saat sistem MMM mulai macet dan peserta sulit mendapatkan GH. Mereka tidak secara terbuka menyatakan bahwa macetnya sistem MMM bukan karena sistem komputer, melainkan tidak berimbangnya antara PH dengan GH. Itu terjadi ketika sistem MMM mulai jenuh, dan tidak lagi member baru yang mau bergabung dan memberikan PH.
- Menyalahkan down-nya sistem komputer yang menyebabkan MMM restart juga suatu hal yang aneh. Bukankan MMM sudah pernah ada di Rusia dan 'katanya sukses' di ratusan negara? Lalu mengapa sistem komputer, baik itu hadrware, jaringan, database, maupun perangkat lunaknya bisa bermasalah? Apakah dia tidak punya sistem backup? Apakah sistem komputernya kelas ecek-ecek? MMM memang hanya menjadikan sistem komputer sebagai fokus kegagalan sistemnya dan berikutnya setelah restart, pasti akan restart berulang-ulang dengan tetap mengkambing hitamkan sistem komputernya.
- Pengelolaan keuangan, walaupun itu komunitas, seharusnya bersifat akuntabel dan transparant. Itu berarti sistem MMM dan sistem komputernya, harus bisa diaudit. Siapa yang tahu server MMM berada di mana? Siapa adminnya? Apakah member yakin si pengelola tidak membuat akun siluman yang menguntungkan para pengelola dan pemilik sistem? Apa member yakin dan percaya kalau sistem komputer tersebut tidak akan dimanipulasi untuk membuat semua member baru mengirimkan PH pada akun pengelola? Siapa yang tahu kalau ada akun bernama Susilowati, Amir Santoso dan nama-nama lokal lainnya, ternyata dia hanyalah kloningan atau siluman dari Sergey Mavrodi dan kroni-kroninya. Dengan modal website dan sekarang iklan di televisi dan di mana-mana, mereka akan bersiap kembali untuk mengeruk uang Anda. Ya, Anda yang punya pikiran instant untuk mendapatkan keuntungan 130% dengan cara mudah.
Percaya saya. MMM bukanlah alat untuk membuat Anda sejahtera dan mati masuk surga. Bila Anda sempat beruntung dengan mendapatkan ratusan juta rupiah dari tambahan 30% dari uang yang Anda kirimkan sebagai PH, maka dibalik itu, ada ratusan bahkan jutaan orang yang buntung, sengsara dan berdarah-darah, karena sistem MMM down dan dia tidak lagi menerima GH untuk mengembalikan modal PH berikut bunganya 30%.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H