[caption id="" align="alignright" width="260" caption="M Rachman (courtesy of today.co.id)"][/caption] Baru saja (Sabtu, 30/7) pertandingan tinju yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi berakhir dengan tanda tanya besar. Muhammad Rachman dipaksa menyerahkan sabuk juara WBA-nya saat melawan Pornsawan Por Pramook dari Thailand. Saat annoucer mengumumkan penilaian 3 orang juri, 1 orang juri menyatakan draw dan 2 orang lainnya memenangkan Pornsawan Por Pramook. Alasan utamanya karena petinju Thailand tersebut lebih banyak mengambil inisiatif menyerang. Padahal dari 12 ronde, Muhammad Rachman cukup banyak menguasai ronde-roende dengan pukulan jab yang mengenai wajah Pornsawan Por Pramook. Bahkan komentator dan pembawa acara olahraga dari stasiun televisi tersebut dibuat kebingungan untuk mengomentari hasil pertandingan yang aneh. Muhammad Rachman dan pelatihnya juga tampak kecewa dan memprotes hasil pertandingan tersebut yang menurut saya pribadi tidak menunjukkan hasil pertandingan yang sebenarnya. Muhammad Rachman bertanding dengan sangat baik dan lebih banyak memasukkan pukulan 'bersih' daripada lawannya. Mungkinkah mafia olahraga dan bandar judi sudah menguasai pertandingan tinju tersebut? Atau ini bagian dari pengaturan pertandingan sebagai bagian dari strategi politik dalam olahraga? Ah pusing mikirinnya. Jadinya saya menyesal telah melihat tayangan tinju tersebut. Bau mafia pertandingannya  keluar dari televisi saya dan sampai ke hidung mancung saya. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H