Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Local Wisdom dan Teknologi Paperless untuk Pelestarian Hutan

7 April 2013   23:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:33 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


Local Wisdom dan Teknologi Paperless untuk Pelestarian Hutan

Tema: Partisipasi Masyarakat untuk Kelestarian Hutan Indonesia

Pengantar

Sudah menjadi issue dunia bahwa berkurangnya luas hutan berpengaruh sangat luas pada terjadinya pemanasan global. Memang, pemanasan global terjadi karena tingginya konsumsi bahan bakar fosil yang banyak memproduksi gas karbon di udara. Akibatnya, panas matahari terperangkap di atmosfir dan menyebabkan suhu bumi meningkat setiap tahunnya.

Penyebabnya adalah karena hutan sebagai paru-paru dunia yang mengubah salah satu gas rumah kaca - CO2, untuk diubah menjadi O2. Semakin berkurangnya luas hutan membuat efek rumah kaca menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu Indonesia sebagai pemilik hutan terbesar kedua di dunia setelah Brazil, seharusnya turut prihatin dengan semakin berkurangnya luas hutan yang ada saat ini.

Ada beberapa penyebab mengapa hutan di Indonesia semakin berkurang, diantaranya adalah:


  1. Otonomi daerah yang menciptakan raja-raja kecil di daerah di mana adanya pemberian ijin pemanfaatan hasil hutan yang justru merusak hutan. Belum lagi penebangan liar (illegal logging) yang justru 'didukung' oleh oknum-oknum aparat pemerintah di daerah. Tidak mungkin kayu berukuran besar, tidak diketahui lalu lintasnya tampa terlihat oleh mata aparat.
  2. Industri pertanian yang semakin rakus lahan. Permintaan minyak nabati yang semakin meningkat, merangsang tumbuhnya industri pertanian berupa perkebunan kelapa sawit hampir di seluruh wilayah. Akibatnya, banyak lahan hutan yang dibakar dan kemudian beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Hal ini berakibat luas bukan hanya pada issue lingkungan, tetapi adanya konflik antara pengusaha dengan masyarakat umum dan masyarakat adat yang menempati areal hutan.
  3. Ditemukannya tambang emas di berbagai wilayah hutan. Logam mulia selalu menjadi incaran siapa saja, termasuk pengusaha tambang yang berupaya sebisa mungkin mengeruk logam mulia seperti emas, perak, tembaga dan lainnya sebagai sumber keuntungan. Celakanya, areal tambang logam mulai tersebut justru berada di lingkungan hutan lindung yang seharusnya tetap dijaga kelestariannya.


Tiga penyebab berkurangnya areal hutan di Indonesia tersebut sebenarnya bisa dihindari apabila pemerintah dan aparatnya benar-benar memiliki komitment untuk membuat regulasi yang pro pada pelestrian hutan dan sekaligus menjalankannya. Bila tidak, kerusakan hutan akan terus terjadi tanpa bisa dicegah.

Namun, kita sebagai masyarakat yang sadar akan pentingnya pelestarian hutan tidak boleh berpangku tangan begitu saja dengan hanya meletakkan tanggungjawab pelestarian hutan kepada pemerintah.  Perlu adanya partisipasi masyarakat aktif untuk mencegah terjadinya illegal logging dan pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan. Prinsipnya, mulai dari diri kita, mulai saat ini dan mulai dari yang paling kecil dan sederhana.

Mitos dan Local Wisdom

Di beberapa daerah, orang tua-tua jaman dahulu sengaja menciptakan mitos yang memberikan semacam kutukan bagi mereka yang merusak alam dan lingkungan. Misal, seseorang hanya boleh memotong dahan atau ranting yang sudah patah atau kering. Bila melanggar maka si pelaku akan menjadi gila karena dianggap dihukum oleh penunggu gaib dari hutan. Akibatnya, mata air desa tersebut terus terjaga karena hutan di atas desa tersebut bisa terjaga dengan adanya mitos tersebut. Mitos-mitos yang diciptakan ini merupakan local wisdom atau kearifan lokal di banyak wilayah di Indonesia yang dapat membantu menjaga kelestarian hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun