Tadi pagi saat akan berangkat ke kantor, putra saya Audi bercerita kalau awal mulanya keris di pulau Jawa. Dia bercerita, saat jaman Mpu Gandring dulu, keris itu bentuknya masih lurus seperti pedang. [caption id="attachment_126472" align="alignright" width="250" caption="diambil dari kaskus.us"][/caption] Alkisah, saat Mpu Gandring menerima sebuah pesanan sebilah keris. Ken Arok yang saat itu tahu kesaktian keris tersebut begitu terkesan dan meminta ijin meminjamnya dari Mpu Gandring. Namun karena sarung keris atau warangganya belum jadi, Mpu Gandring melarangnya hingga akhirnya terjadi perebutan dan Mpu Gandring ditusuk oleh keris ciptaannya sendiri. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Mpu Gandring sempat mengeluarkan kutukan kepada Ken Arok, bahwa dia dan keturunannya akan mati oleh keris tersebut. Ken Arok membawa diam-diam keris Mpu Gandring dan memamerkan keris tersebut pada temannya yang bernama Kebo Ijo. Kebo Ijo yang melihat keelokan pamor keris tersebut kemudian meminjamnya dari Ken Arok. Ken Arok mengijinkan dengan syarat Kebo Ijo harus mengakui keris tersebut sebagai miliknya. Kebo Ijopun akhirnya membawa keris 'kutukan' Mpu Gandring dan memamerkannya pada orang-orang. Suatu hari saat Kebo Ijo lengah, Ken Arok menyelinap dan membawa keris Mpu Gandring untuk digunakan membunuh Tungguh Ametung sang penguasa wilayah Tumapel. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung tanpa saksi mata dan telinga, Ken Arok sengaja meninggalkan keris Mpu Gandring tersebut di tempat kejadian perkara (TKP). Saat keesokan harinya, Tumapel gempar dengan berita terbunuhnya  Tunggul Ametung dengan barang bukti berupa sebuah keris yang biasa dibawa oleh Kebo Ijo. Ken Arok yang datang ke TKP sebagai petugas keamanan Tumapel, langsung berinisiatif ke rumah Kebo Ijo sambil membawa keris Mpu Gandring. Saat bertemu Kebo Ijo, tanpa ba bi bu, apalagi sempat ngopi bareng, Ken Arok langsung menghujamkan keris Mpu Gandring tersebut pada Kebo Ijo. Tujuan sebenarnya adalah untuk membungkam Kebo Ijo agar tidak mengungkapkan asal muasal keris tersebut. Akhirnya Ken Arok dianggap berjasa menemukan pembunuh Tunggul Ametung, sehingga dia berhak untuk diangkat menjadi akuwu Tumapel menggantikan Tunggul Ametung. Diapun berhak memboyong Ken Dedes yang katanya memiliki daerah kemaluan yang bercahaya. Mungkin dulu sudah ada celana dalam menggunakan lampu neon ya. Ini mungkin kisah intrik licik ala teori konspirasi yang bertabur fitnah keji yang terjadi di tanah Jawa. Sebuah siasat perebutan kekuasaan yang kisahnya setara dengan kisah Kuda Trojan yang dipakai oleh pasukan Yunani untuk menaklukkan Kota Troya dengan cara menipu tentara Troya. Begitulah kira-kira kisah Ken Arok dan keris Mpu Gandring yeng begitu terkenal dan diceritakan dari mulut ke telingan mulut. Kisah tersebut juga sempat dibuat film dengan judul Ken Arok Ken Dedes yang dibuat tahun 1983. Anda mungkin protes, loh kok kisah bengkoknya keris Jawa tidak ada di kisah atas? Sebentar, sabar dulu ya. Kisah 'lurus menjadi bengkok' itu bukan dari fakta atau legenda sejarah, tetapi didapat dari cerita Audi. Nah begini cerita tambahannya. [caption id="" align="alignright" width="228" caption="Deddy Corbuzier (rinda-widiana.blogspot.com)"][/caption] Alkisah, kakek buyut buyutnya lagi dari  Deddy Corbuzier yang datang ke Jawa untuk mengembara akhirnya menemukan keris Mpu Gandring yang masih lurus dan masih penuh dengan kutukan kematian. Kakek buyut buyutnya lagi ini akhirnya berusaha menghentikan kutukan kematian dengan cara menenangkan si keris. Biasalah, kebiasaan di jawa maupun  di Tiongkok ternyata sama. Untuk menenangkan kemarahan, si kakek buyut buyutnya lagi memijat keris tersebut dengan penuh perasaan. Alangkah terkejutnya si kakek buyut buyutnya lagi. Keris yang tadinya berupa senjata lurus panjang, berubah menjadi senjata berkelok-kelok atau yang kita kenal dengan luk. Akhirnya, sejak itu bentuk keris yang berkelok-kelok tersebut menjadi trend untuk menghilangkan kutukan kematian bagi si pemilik. Atau istilahnya agar jangan sampai senjata makan tuan. [caption id="" align="alignleft" width="293" caption="diambil dari iniimba.blogspot.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H