Sudah lebih dari 1 minggu ini gempar mobil nasional (mobnas) yang dipicu oleh peluncuran Kiat Esemka oleh Jokowi, bergema mulai dari media online, elektronik, hingga warung kopi Cak To depan kantor. Semuanya membuat spekulasi dan analisa atas apa yang terjadi. Ada sebagian komentar tokoh nasional yang produktif. Namun tidak sedikit pula komentar mereka kontra produktif yang berakibat pada diskursus mobnas yang semakin tidak jelas. Baiklah, saya tidak akan memperkeruh diskursus Kiat Esemka dan peluang harapan berdirinya mobnas yang handal dan membangkan. Saya juga tidak akan mendiskusikan siapa ngomong apa dan melawan siapa. Kita lupakan sejenak motif narsis, cari muka, cari perhatian, dan kemungkinan perlawanan 'kartel' perusahaan di bidang otomatif yang sudah merajai pasaran mobil dan motor kita. Kita berdiskusi yang adem-adem saja sambil membangun harapan Indonesia yang lebih baik dengan belajar dari negara lain. Setuju? Kerjasama Honda dengan Kiat Esemka Saat ini Honda adalah sebuah perusaahaan otomatif dari Jepang yang menguasai pemasaran otomotif di Indonesia dan dunia. Bahkan untuk sepeda motor, hampir semua pangsa pasar dikuasai oleh perusahaan dari Jepang seperti Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki. Sedangkan produsen dari India, China, dan lainnya hanya menguasai ceruk kecil saja. Saya membayangkan bila kemudian Kiat Esemka yang sudah 'terlanjur' membangun harapan akan prestasi SDM Indonesia dalam bidang otomotif atau penguasaan teknologi lainnya ini, kemudian digandeng oleh Honda. jadi ada kerjasama antara Honda dengan Kiat Esemka dalam memproduksi mobil nasional. Mereka kemudian membuat sebuah konsorsium usaha yang menghasilkan produk unggulan dibawah supervisi Honda. Dari produk mereka, Honda menyumbang mesin mobil yang sesuai dengan spesifikasi produk. Sedangkan desain, perakitan chasis, body, ekterior dan interior lainnya dilakukan oleh tim dari Kiat Esemka. Hasilnya pasti akan bagus. Selain karena menyangkut nama besar (trademark) Honda sebagai perusahaan unggul di dunia otomatif. Sederhananya, apapun mobilnya, mesinnya tetap Honda. [caption id="attachment_154990" align="alignright" width="300" caption="Produk Jialing pertama yang mirip Honda Supra X"][/caption]
Belajar dari Jialing - China Anda mungkin bertanya, mungkinkah? Mengapa tidak mungkin? Apakah Anda ingat produk sepeda motor yang dipasarkan pada tahun 2000-an bernama Jialing? Jialing sendiri merupakan nama sebuah sungai di China. Perlu saya informasikan pada Anda, Jialing adalah merek sepeda motor yang cukup membanjiri pasar Indonesia saat harga sepeda motor Jepang meroket karena nilai tukar dollar dan rupiah yang gila-gilaan. Sepeda motor bebek yang harganya saat itu berkisar antara 5-7 juta, melonjak menjadi lebih dari 10 juta. Peluang ini yang kemudian diambil oleh Jialing dengan memasarkan sepeda motor bebek 'mirip' Honda Grand dan sekali lagi 'mirip' Honda Supra dengan harga yang terjangkau masyarakat. Walau kemudian masyarakat banyak yang kecewa saat  mengetahui kualitas Jialing tidak sebagus Honda. Mengapa saya katakan mirip? Karena baik secara body, rangka, dan mesin, produk Jialing 'fit & proper' dengan produk Honda. Akibatnya banyak onderdil Honda yang digunakan untuk menggantikan suku cadang Jialing yang asli. [caption id="attachment_154989" align="aligncenter" width="458" caption="Jialing Li-On, Mirip Honda Scoopy kan?"]
______________ Saya bukan agen penjualan Jialing. Jangan coba-coba memesan motor di atas ke saya, kalau tidak ingin uang Anda hilang.... xixixi....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H