Den Bagus biasanya apel ke rumah Jeng Srintil pada malam jumat. Maklum, dalam kepercayaan Den Bagus, waktu yang paling afdol untuk apel adalah hari kamis malam jumat. Dari primbon disebutkan, bila naga hari menghadap ke selatan, maka keluar rumahnya dengan kaki kanan dan menghadap ke barat agar tidak bertabrakan dengan naga hari. Demikianlah kepercayaan Den Bagus yang sudah digunakan turun temurun. Sedangkan malam minggu, Den Bagus lebih senang berdiam diri di rumah sambil mencet-mencet tombol tv mencari acara yg bagus.
Suatu hari di malam jumat, seperti biasa Den Bagus datang ke rumah Jeng Sritil. Namun kali ini bukan Jeng Srintil yang keluar menemui, malah bapaknya Den Behi yang keluar ngajak main catur. Rupanya Jeng Srintil sedang mendampingi ibundanya di acara pengajian di rumah  tetangga sebelah.
Sambil menyeruput segelas kopi hangat ditemani dengan sepiring singkong rebus, Den Bagus melayani tantangan bermain catur calon mertuanya ini. Dia berkesempatan memegang bidak putih dan strategi Pembukaan Gajah Raja. Namun calon mertuanya tidak kalah sengit. Dia menggunakan pertahanan Caro-Kann yang menunda menyerang hingga posisinya solid.
Entah bagaimana awalnya, calon mertuanya memulai mengajak berbincang serius tentang hubungannya dengan Jeng Srintil. Beberapa nasihat tentang bagaimana seharusnya seorang pria, disampaikan oleh calon mertuanya ini.
"Mas Bagus, kebanggan seorang ayah itu adalah apabila dia bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Memberikan pendidikan yang layak, tempat tinggal yang layak dan menjadi seorang ayah sekaligus teman bagi anak-anaknya."
Den Bagus yang mendengar nasihat calon bapak mertuanya inipun cuman bisa bilang, "Inggih Pak... Inggih Pak..." sambil menggerakkan bidak caturnya.
"Nah jadilah sahabat bagi anak-anakmu nanti, InsyaAllah mereka akan nurut kepada orang tuanya dan menjadi anak yang soleh dan solehah. Beri mereka contoh dan teladan yang baik dengan perbuatan kita yang baik pula. Karena pelajaran budi pekerti dan moral, hanya bisa dilakukan dengan contoh yang baik dari orang tuanya."
"Iya Pak.....," Â jawan Den Bagus lagi sambil kepalanya mengangguk-angguk.
"Sedangkan kebanggaan seorang suami adalah apabila dia bisa memberikan nafkah lahir dan batin istrinya. Seorang suami akan menjadi gagah dan tampan di mata istrinya apabila urusan dapur tetap bisa ngebul. Selain itu, jaga kondisi fisik agar tetap prima sehingga bisa memberikan nafkah batin untuk istrimu kelak."
"Inggih Pak... leres niku....," jawab Den Bagus lagi.
"Terakhir yang tidak kalah pentingnya, kebanggaan seorang pria adalah apabila dia tidak pernah selingkuh dan menghianati cinta kasih istrinya. Baik selingkuh hati, apalagi sampai selingkuh secara fisik. Dia harus selalu setia kepada istrinya. Itulah kebanggaan menjadi seorang ayah dan suami yang baik."