Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Faktor BottleNeck dalam Menulis

18 September 2012   02:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir satu minggu ini saya vakum menulis. Bukan karena kehabisan ide untuk menulis. Untuk urusan ide menulis, saya mengikuti konsep 9 ide menulis yang bisa digali dari keseharian seperti yang pernah saya tulisan dalam  Membangkitkan  Ide Menulis untuk Kompasianer Anak-anak. Justru masalahnya saat ini adalah banjirnya ide yang membuat saya mengalami bottleneck. Jadi, masalah dalam menulis bukan hanya keringnya ide untuk menelurkan tulisan, tetapi juga banjirnya ide untuk menulis sehingga pikiran menjadi stuck untuk memulai menulis. Istilahnya adalah bottle neck atau leher botol.  Pernahkan Anda menuangkan kecap atau saus dari sebuah botol ke mangkok bakso Anda? Sering kali kecap atau sausnya susah untuk keluar bukan? Ya, karena bentuk botol memiliki body yang besar dan menyempit di bagian atas botol. Sehingga saat dituang, isi botol akan berebut keluar dan saling berdesakan. Akibatnya sering kali macet. Demikian juga dengan ide yang begitu banyak di kepala. Bila kita tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan ide menulis di kepala satu per satu, maka ide menulis akan keluar berdesakan dan justru membuat macet untuk menulis. Beruntung tulisan ini bisa keluar dari masalah bottle neck sehingga masih bisa Anda baca saat ini. Keresahan sebagai seorang penulis yang mengalami bottleneck justru lebih mudah dituliskan daripada ide-ide menulis lainnya. [caption id="attachment_206311" align="aligncenter" width="468" caption="Bottleneck  atau tersumbat? (leadershipfreak.wordpress.com)"][/caption] Mengapa bisa terjadi kasus bottleneck dalam menulis? Permasalahan ini sebenarnya hampir sama dengan kasus yang terjadi pada orang gagap. Beberapa orang gagap justru memiliki kecepatan proses menghasilkan kata yang lebih tinggi daripada kecepatan proses mengeluarkannya dalam bentuk suara. Akibatnya kata-kata yang ada di dalam kepala berdesakan untuk keluar melalui mulut dan menyebabkan gagap. Berikut hal lain yang menyebabkan terjadinya bottleneck dalam menulis:

  1. Idealisme. Menulis dan menjadi penulis merupakan sebuah proses. Awalnya seorang penulis menulis apa saja yang dia ingin tulis. Namun suatu ketika muncul idealisme dan patokan dalam dirinya untuk menulis sesuai kriteria yang dianggapnya lebih berkualitas. Misal dengan mematok jumlah karakter tulisan minimal 600 karakter, agar bisa dibedakan mana status di facebook dan mana tulisan di blog. Isi tulisan harus lebih dalam dan luas lagi bahasannya, dan batasan-batasan lain yang  merupakan tantangan dari peningkatan kualitas dalam menulis. Semakin banyak batasan-batasan atau saringan yang ditetapkan, maka semakin sangat mungkin terjadi bottleneck dalam menulis.
  2. Konflik Kepentingan. Penulis biasanya memiliki ide menulis dari apa yang dialamai dan dilihatnya. Bisa dari kejadian dalam rumah tangganya, kantor tempat bekerja, atau kejaian yang dialami oleh orang terdekatnya. Masalah muncul saat akan menuangkan kejadian-kejadian tersebut dalam sebuah tulisan. Jangan sampai kepentingan diri si penulis juga terancam. Misal si penulis tahu bila bosnya adalah seorang penjahat kelamin cap ikan sarden. Tentu untuk menulsikannya agar bisa menjadi peringatan bagi orang lain, perlu sikap kehati-hatian dan seni dalam mengemas tulisannya agar jangan sampai orang yang ditulis tahu kalau itu adalah dirinya. Contoh lain, seorang penulis ingin berbagi cerita pengalamannya terhindar dari perselingkuhan. Ketika dia ingin berbagi tips tersebut, dia masih berfikir jangan sampai citra dirinya 'ternoda' oleh kejadian tersebut. Bahkan jangan sampai orang-orang yang terlibat dalam cerita yang dituliskannya merasa sebagai mereka.
  3. Skala Prioritas. Penulis merasa semua idenya penting untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Akibatnya dia bingung harus menulis yang mana dan dianggapnya paling penting untuk memulai menulis. Hal ini diperparah dengan kurang data untuk mendukung tulisannya. Sehingga dia membutuhkan waktu untuk mencari bahan pendukung.
  4. Awal tulisan. Sudah menjadi rahasia umum bila tantangan menulis adalah dimulai dari menentukan kalimat pembuka tulisan. Bagian ini biasa disebut teras atau lead. Menetukan sudut pandang yang tepat untuk masuk ke subtansi tulisan, kadang kala seperti mencari ujung benang. Namun dengan berlatih menentukan dan menuliskan lead, masalah ini akan mudah teratasi.

[caption id="attachment_206315" align="aligncenter" width="480" caption="health2news.com"]

1347934125877926690
1347934125877926690
[/caption] Biasanya bottleneck terjadi karena kombinasi di antara 4 faktor di atas. Untuk mengatasinya, saya mencoba menguraikan penyebabnya satu-persatu. Ternyata, faktor 1 dan 2 lebih dominan terjadi pada diri saya saat ini. Bagaimana dengan Anda, pernahkah Anda mengalamai bottleneck seperti yang saya alami? Mari saling berbagi cerita, agar hidup lebih berarti. Salam menulis dari Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun