Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Belajar Penyiapan SDM dan SCM dari Perusahaan Migas Asing Yuk

10 April 2015   23:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tahun bila ada kenaikan harga bahan bakar, siapapun presidennya, masyarakat selalu heboh dan mengernyitkan dahi. Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah, "Mengapa harga bahan bakar di negara kita lebih mahal daripada di negara lain?". Atau pertanyaan yang paling sering di dengar, "Kita ini negara kaya akan hasil tambang minyak dan gas, mengapa masih harus impor dan harganya mahal?" Beberapa pertanyaan lagi yang lainnya yang mempertanyakan ketidakmampuan negara ini dalam mengelola dan memenuhi potensi minyak bumi dan pemanfaatannya untuk kebuutuhan diri sendiri. Lalu sampai kapan pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terjawab tuntas? Saya pikir, ini butuh keseriusan semua pihak, khususnya pemerintah dalam membuat regulasi dan kewenangan pengelolaan sumber daya minyak dan gas ini, untuk kesejahteraan rakyat.

Mengapa Kita Tidak Berdaya untuk Mengelola Sendiri?

Ketidakpuasan rakyat akan pengelolaan migas semakin menguat saat hampir seluruh ekplorasi dan pengelolaan sumur-sumur minyak dan gas di berbagai blok, lebih didominasi perusahaan asing. Sedangkan perusahaan minyak plat merah seperti Pertamina, hanya mengambil peran 14,6% dari total pengelolaan migas di seluruh Indonesia. Selebihnya, justru 'dikuasai' oleh perusahaan asing, yang mengesankan kita sedang dijajah oleh bangsa asing. Benarkah begitu?

[caption id="attachment_377860" align="aligncenter" width="420" caption="Penguasaan Migas Tahun 2013 (Sumber:http://hambaallahyangsetia.blogspot.com/)"][/caption]

[caption id="attachment_377863" align="aligncenter" width="460" caption="Peta pengguasaan ekplorasi migas dan batubara (Sumber: http://hambaallahyangsetia.blogspot.com/)"]

1428686399594576686
1428686399594576686
[/caption]

Melihat peta penguasaan ekplorasi migas yang dominan dikuasai perusaan asing, tentu saja sangat miris. Itu menggambarkan ketidakberdayaan kita dalam mengelola sendiri sumber kekayaan kita. Entah karena ketidakmampuan dalam manajemen maupun teknologi migas, atau karena kesalahan pengelolaan yang sampai lebih setengah abad Indonesia merdeka, Indonesia masih tergantung pada negara lain dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya mineralnya.

Rumitnya Kegiatan Migas

Proses pengelolaan minyak bumi dan gas, mulai dari perut bumi hingga sampai di permukaan dan siap dimanfaatkan, ternyata tidak sesederhana yang saya dan orang awam bayangkan. Karena industri migas ini selain padat modal dan teknologi, juga penuh resiko tinggi. Salah perhitungan, bisa-bisa rugi besar dan bisa saja menimbulkan bencana seperti kasus Lumpur Lapindo Sidoarjo.

Untuk memanfaatkan cadangan migas di perut bumi, langkah pertama yang harus dilakukan tentu saja adalah menemukan cadangan migas tersebut. Proses awal ini disebut ekplorasi, Para ahli tambang melalukan pemetaan dan pengukuran, untuk mendeteksi adanya migas di sebuah wilayah dengan menggunakan berbagai teknologi. Hasilnya berupa informasi komposisi migas dan besarnya cadangan yang tersedia, hingga perhitungan mungkin tidaknya dilakukan penambangan atau eksploitasi. Tanpa proses eksplorasi, tidak ada akan ada eksploitasi. Diperkirakan, Indonesia akan kehabisan cadangan minyak bumi dalam 23 tahun ke depan, bila tidak dilakukan eksplorasi dan ditemukannya cadangan minyak baru.

Celakanya, biaya ekplorasi untuk menemukan sumber migas baru sangat besar dan itu pun belum tentu berhasil. Itu mengapa pemerintah membuat kebijakan untuk mengundang investor operator asing maupun swasta dalam negeri, melakukan kerjasama eksplorasi dan eksploitasi. Pada tahap awal, biaya eksplorasi ini mereka tanggung sendiri. Bila ditemukan sumur migas dan bisa berlanjut ke tahapan eksploitasi, maka biaya eksplorasi akan diganti dari pendapatan kontrak kerjasama dengan pemerintah. Namun bila sumber migas yang didapat tidak cukup memenuhi, maka biaya eksplorasi ditanggung oleh pihak kontraktor sendiri. Itu mengapa kegiatan migas ini begitu beresiko dan berbiaya besar.

Kemana Pertamina?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun