"Lihat, anak-anak sudah mulai tumbuh besar. Mereka mewarisi sifat-sifat dan perilakumu," kata sang istri sambil memperhatikan kedua anaknya yang sedang bermain bersama. "Tapi bawelnya sepertinya tidak jauh dari sifat-sifatmu," kata si suami menanggapi kalimat sang istri. Mereka tersenyum bersama tanda setuju.
"Berapa lama lagi kita akan sampai?" Tanya Sang istri.
"Masih separuh perjalanan lagi. Sabar ya. Kita semua akan sampai dengan selamat."
"Siap kapten!" Sang istri memeluk suaminya dengan erat.
Pagi hari matahari tidak begitu tampak. Awan cumulus tampak bergulung-gulung di depan mereka. Kilatan petir menyambar-nyambar tiada henti.
"Semuanya bersiap! Badai akan menghadang perjalanan kita."
"Siap Kapten!" Teriak seluruh penumpang dengan kompak.
Kapten kapal, sangg istri dan kedua anaknya langsung bersiap-siap menghadapi badai. Mereka mengikat semua peralatan agar tidak terlempar ke luar kapal. Layar kapal digulung dan diikat dengan erat. Semua jendela kapal ditutup dan dikunci, termasuk pintu palka yang ditutup dan dikunci dengan kuat.
Tak lama kemudian, kapal mereka terguncang dengan hebat. Ini badai yang begitu besar dan kuat selama mereka mengarungi samudra. Hampir 6 jam kapal kecil mereka terombang-ambing di permukaan air dengan gelombang yang begitu tinggi. Sampai akhirnya permukaan laut begitu tenang kembali.
Selepas badai, sang kapten kapal keluar dari palka untuk melihat apa yang terjadi di luar. Beruntung semua bagian permukaan kapal selamat tanpa ada kerusakan. Namun sang kapten melihat sebuah kapal lain pecah terbelah dua. Belahan satunya dinaiki oleh seorang pria dan belahan yang paling dekat dengan kapalnya dinaiki oleh seorang wanita.
Sang kapten berniat menolong sang wanita. Dilemparkannya seutas tali agar bisa ditangkap oleh si wanita. Saat si wanita berhasil menangkap tali dan mulai menariknya, Sang kapten dikejutkan oleh sebuah tepukan di bahunya.