Bila Anda sedang berada di sebuah tempat seperti cafe & resto atau fast food, kegiatan apa saja yang Anda lakukan? Yang pasti Anda akan memesan makanan, berbicang-bincang santai dengan teman atau keluarga Anda, atau makan dan minuman bila pesanan Anda sudah siap terhidang. Malam ini (22/8) mumpung masih liburan dan istri sedang malas masak di rumah, kami sekeluarga makan malam di sebuah fast food. Beruntung kami mendapatkan meja dan kursi di pojok depan yang menghadap ke arah jalan. Kebiasaan saya setelah duduk adalah melakukan scanning untuk membaca apa saja dan siapa duduk di mana. Yang menarik perhatian saya adalah seorang gadis manis yang duduk sendiri di meja kursi di luar ruangan. Kulit putih, wajah oval, hidung mancung, rambut hitam panjang dan pakaian kasualnya tampak serasi. Usianya sekitar 17 tahunan. Berikutnya, saya mengalihkan perhatian pada kopi dingin dalam kemasan rasa mocca, dan tenggelam pada menikmati french fries yang dicocol pada saus sambal. Rupanya, putra saya yang sudah menginjak remaja juga diam-diam memperhatikan objek yang sama, si gadis yang tadi duduk sendiri di meja di luar ruangan, namun sekarang sudah ditemani oleh 2 orang remaja pria yang membawakannya makanan berupa burger, ice cream dan frenc fries. Tanpa diduga, putra saya bertanya pendapat saya tentang ketiga remaja tersebut. Ya, memang saya biasa berdiskusi dengan putra saya untuk membaca situasi dari body language, gesture, dan bentuk komunikasi non-verbal lainnya, dari apa yang kami liaht di sekeling kami. Sebagai informasi, antara kami dan 3 remaja tersebut terhalang dinding kaca, sehingga kami tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan walau berjarak 2 meter di depan kami. Beberapa hal yang kami diskusikan adalah menebak karakter objek pengamatan dari pakaian, aksesoris, posisi tempat duduk, jarak duduk, intensitas komunikasi, respon saat komunikasi dan beberapa paramater lainnya. Selain itu pertanyaan putra saya adalah apa hubungan antara masing-masing orang tersebut. Apakah mereka pacaran atau tidak dan seberapa dekat mereka satu sama lain. Terus terang, kegiatan pengamatan seperti ini hanya dilakukan oleh orang usil yang tidak punya pekerjaan lain. Jadi, don't try this at home. [caption id="attachment_201563" align="aligncenter" width="400" caption="3 Remaja objek pengamatan (Dok.Pri)"][/caption] Hasil dari pengamatan dan diskusi kami adalah:Â si gadis belum terikat pacaran dengan salah satu dari kedua pemuda tersebut karena:
- Makanan dibeli oleh 2 orang pemuda tersebut, sedangkan si gadis hanya menunggu saja di meja dan tidak ikut memesan atau membayar. Si pemuda berkaos bonek tampaknya mengambil posisi sebagai bos dari acara tersebut. Sedangkan remaja berjaket kaos coklat hanya sebagai teman pendamping si kaos bonek. Itu tampak dari si kaos bonek yang lebih jaim daripada si kaos coklat.
- Si pemuda berkaos bonek yang berwajah lebih tampan baru pada tahap pendekatan. Dia tidak cukup percaya diri untuk mengajak makan si gadis, sehingga merasa lebih nyaman kalau mengajak temannya. Namun dalam komunikasi, justru temannya yang jadi 'obat nyamuk' ini yang lebih berhasil  membangun komunikasi intens dengan si gadis. Terbukti dari respon si gadis berupa arah duduk dan senyumnya. Guyonan saya pada putra saya, jangan-jangan malah yang dapat si gadis adalah temannya.
- Pemuda berkaos bonek kemudian pindah tempat duduk di sebelah si gadis dan meminta temannya mengabadikan mereka berdua dengan sebuah kamera ponsel. Si gadis tetap mempertahankan jarak dengan si pemuda berkaos bonek.
Dari tingkah laku si gadis, tampak dia adalah seorang gadis yang cukup bisa menjaga diri dan sopan, walaupun kami berdua heran bagaimana bisa dia masih berada di luar sementara jam 9.30 malam. Apakah orang tuanya tidak mencarinya. Kami juga menduga bahwa si gadis pasti menjadi siswi favorit di sekolahnya, karena cukup jarang saya menemui sikap ramah, anggun, komuniatif dan proporsional seorang siswa SMU seperti yang ditunjukkannya. Berikutnya handphone si gadis menyala tanda dia mendapatkan SMS. Setelah membacanya, mereka bertiga bergerak pulang menuju ke tempat parkir. Itulah akhir diskusi saya dengan putra saya. Saya sampaikan juga kepada putra saya kalau dia boleh memilih pacar setipe dengan gadis tersebut, walaupun saya pesan agar dia mencari pacarnya setelah SMA saja. Kalau perlu tidak usah pacaran, minta kepada  saya untuk melamar gadis pilihannya untuk langsung dinikahi. Demikian kegiatan iseng yang biasa kami lakukan saat beraktifitas di keramaian. Sementara ini baru putra saya yang bisa diajak berdiskusi untuk pengamatan situasi lingkungan. Putri saya yang masih duduk di kelas 4 SD dan bercita-cita  menjadi psikolog, belum saya libatkan dalam kegiatan diskusi iseng ini. Saya pikir, kemampuan membaca karakter dan situasi cukup diperlukan, agar kelak mereka besar bisa dengan mudah beradaptasi dan peka terhadap perubahan situasi lingkungan sekitarnya. Tetapi hati-hati dengan Anda yang membaca tulisan ini. Bisa saja saya adalah orang yang duduk di sebelah Anda dan Anda menjadi objek pengamatan saya. Namun bila Anda bukan orang yang menarik, saya kira Anda tidak perlu khawatir deh. :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H