Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nyaris Buka Puasa dengan Pangsit Babi

11 Agustus 2012   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:56 3325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah acara kopdar Kompasiana Surabaya I, akhirnya kami berencana untuk melakukan Kopdar II yang mengundang kompasianer untk wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Kopdari II ini juga didorong karena berhalangannya Mas Iwan pada Kopdar I. Atas usul dari Mas Dian, saya akhirnya mendata siapa saja teman-teman di wilayah Surabaya dan Sidoarjo yang mungkin untuk diundang. Target kami adalah bisa mengumpulkan 5-6 orang Kompasianer yang memungkinkan dan tidak berhalangan hadir. Akhirnya saya mencoba menghubungi beberapa kompasianer, antara lain:

  1. Mas Dian
  2. Mbak Venny (satu paket dengan Mas Dian)
  3. Mas Iwan
  4. Mas Arif Khunaifi
  5. Mbak Indri
  6. Mbak Amie
  7. Mbak Daveena

Undangan saya sebar via INBOX. Acara akan diadakan pada hari Jumat, 10 Agustus 2012, bertempat di SUTOS Surabaya. Awalnya Mas Arif menyatakan bisa hadir, namun beberapa hari berikutnya, Mas Arif mengundurkan diri karena ternyata beliau ada acara taklim yang waktunya bersamaan dengan kopdar. Sedangkan Mbak Amie yang berada di Mesir dan berencana pulang ke Sidoarjo, ternyata baru sampai hari Jumat pagj. Pasti beliau masih jetlag dan kelelahan. Sehingga beliaupun tidak bisa hadir. Mbak Daveena yang dalam proses pindah ke Surabaya, ternyata masih sibuk riwa-riwi dan sedang punya hajatan. Terakhir Mbak  Indri yang saya hubungi, juga tidak bisa hadir karena misua eh suaminya sedang jadi Bang Toyib, dan tidak nyaman bila tidak pergi bersama suaminya. Saya kira ini juga keputusan bijak dan baik untuk kompasianer yang akan kopdar, sebaiknya memang didampingi oleh teman atau muhrimnya seperti yang disampaikan oleh Mbak Daveena. Akhirnya Kopdar II ini diikuti oleh saya, Mas Dian, Mbak Venny, Mas Bening, Mas Iwan dan Mas Andi, dan tak lupa Kompasianer terkecil dan terimut, Luna. Kegiatan kami pindah dari Sutos ke Cito (City of Tomorrow), dengan pertimbangan keluarga Mas Dian ternyata penggemar mie pangsit berat. Seingat saya, CITO memang punya food court yang cukup lengkap dan bervariasi. Selain itu, tempat tinggal kami lebih dekat ke CITO daripada ke SUTOS -- Hongkongnya Surabaya. Jam 16.30 saya sudah sampai di Food Court CITO lantai 3. Saya memilih tempat duduk depan sebuah fastfood dari Amerika, agar mudah untuk memberi petunjuk posisi kepada Mas Dian dan Mas Iwan yang akan datang berikutnya. Namun hingga menjelang adzan maghrib dan waktu berbuka, para kabilah belum juga hadir dikarenakan jalanan macet menjelang waktu pulang kampung. Sayapun akhirnya memutuskan membeli es teh segar rasa lemon yang outletnya bertebaran di seantero Food Court. Kemudian, saya lihat di sebelah fastfood, terdapat sebuah outlet mie pangsit Ujung Pandang yang saya pikir pasti enak. Melihat namanya, saya langsung teringat dengan kompasiener Bung Armand yang menjadi penguasa Makassar. Segera tanpa ba-bi-bu, saya pesan semangkok mie pangsit seharga Rp 21 ribu di Pangsit Ujungpandang. Setelah membayar lunas, saya mendapatkan nota dan sebuah plastik mika bernomer untuk pengiriman pesanan. Saya kembali ke tempat duduk saya menunggu. Saat memesan minuman dan makanan tadi, saya meletakkan tas ransel notebook saya di meja agar tidak ditempati oleh orang lain. Rupanya menjelang berbuka puasa, orang-orang pada berebut tempat untuk berbuka bersama. Meninggalkan notebook di meja membuat saya cukup cemas dan waspada. Jangan sampai seseorang membawa lari notebook dan menggantikannya dengan bloknote. Bisa kacau dunia persilatan karena kehilangan 'cangkul' bagi petani informasi seperti saya. Tidak sampai 1 menit, seorang pegawai dari pangsit Ujungpandang tersebut menghampiri saya dan bertanya, "Mas, daging babinya mau dicampur atau mau dijadikan satu dengan mienya?" Glek... saya terkejut mengetahui saya telah salah memesan. Rupanya outlet mie pangsit tersebut khusus masakan serba babi. Tetapi tentu saja tidak ada babysitter khas Kompasiana. "Mas, pesanan saya bisa dibatalkan enggak?" tanya saya dengan agak shock karena tidak bisa membayangkan berbuka puasa dengan pangsit babi. "Iya, boleh mas..." jawab pegawai tersebut sambil tersenyum. Setelah mendapatkan uang pengembalian, saya beralih ke outlet sebelahnya yang menjual pangsit juga. Kali ini saya tanyakan terlebih dahulu ke seorang pegawai yang berjilbab, apakah masakannya halal atau sama seperti pangsit babi sebelah. Si Mbak tersenyum manis dan mengatakan semua masakannya halal. Akhirnya saya memesan semangkok mie pangsit bakso jamur yang harganya lebih murah sedikit dari pangsit babi tadi. Persis adzan maghrib, mie pangsit bakso jamur telah terhidang di meja, namun teman-teman Kompasianer belum datang juga. Akhirnya saya menikmati berbuka puasa bersama dengan seluruh pengunjung food court sambil membaca doa: "allahumma laka sumtu wabika aamantu wa 'alaa rizqika afthartu birahmatika ya arhamarrohimin" Selesai menghabiskan 1 porsi mie pangsit dan segelas es teh lemon, saya beranjak naik 1 lantai tempat musholla di CITO. Ternyata mushollah tersebut menyediakan takjil gratis berupa es sirup dan gorengan plus dengan petisnya. Saya tidak begitu memperhatikan menu takjil yang lainnya. Namun saya bersyukur di mall sebesar CITO, masih tersedia musholla yang nyaman di antara parkir mobil, walau tidak sebagus musholla di GrandCity Surabaya. Selesai sholat maghrib, saya kembali ke food court untuk menunggu Kompasianer yang lainnya. Hampir 10 menit berikutnya, Mas Dian kontak kalau sudah ada di food court. Sayapun menghampiri Mas Dian yang datang bersama Mbak Venny, Aik Luna dan Mas Bening. Kami segera mencari meja kursi yang kosong. Beruntung 2 meja dengan 5 kursi sudah kosong walau mejanya masih berisi piring dan gelas sisa pengunjung sebelumnya. Saat saya menemani Mas Dian dan Mbak Venny memesan mie pangsit, Mas Iwan akhirnya datang juga walaupun beliau sedang tidak enak badan karena kelelahan. Mas Iwan datang bersama Mas Dani, teman 1 kantornya. Saya mempersilahkan Mas Iwan untuk memesan makanan sebelum akhirnya bergabung di satu meja yang sama. Sambil makan, kami memperbincangkan banyak hal. Topik seputar issue di Kompasiana rasanya merupakan menu wajib bahan obrolan kami. Selain itu, kami saling memperkenalkan diri mulai dari jumlah anak, jumlah istri, dan pekerjaan. Seperti biasa saat ditanya berapa jumlah anak, saya selalu menjawab bila saya punya dua anak dari istri pertama. Walaupun saya jelaskan kalau ada istri pertama tidak harus ada istri kedua. Lebih dari 1 jam kami mengobrol akrab, sebelum akhirnya berpamitan untuk pulang ke kediaman masing-masing. Seperti biasa, obat dokter yang tidak juga manjur untuk mengobati narsis kami. Kami sempatkan  untuk foto bersama dan membiarkan narsis menguasai kami sekali lagi, dua kali lagi, dst.... Demikian cerita singkat kopdar ala Kompasianer Surabaya. Tentu saja kopdar halal tanpa daging babi. [caption id="attachment_199560" align="aligncenter" width="600" caption="Outlet CITO Surabaya"][/caption] [caption id="attachment_199561" align="aligncenter" width="600" caption="Outlet Pangsit Babi"]

13446691891815781579
13446691891815781579
[/caption] [caption id="attachment_199562" align="aligncenter" width="600" caption="Musholla di CITO yang menyediakan takjil"]
13446692531421292418
13446692531421292418
[/caption]

[caption id="attachment_199563" align="aligncenter" width="600" caption="Peserta rembuk Kompasiana"]

1344669312579814275
1344669312579814275
[/caption]

[caption id="attachment_199568" align="aligncenter" width="600" caption="Narsis yang halal..."]

13446696611234544002
13446696611234544002
[/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun