Sudah hampir 3 tahun ini saya dan teman-teman dipercaya oleh BKD Kabupaten Sumenep untuk memberikan pelatihan komputer. Jadi hampir setiap tahun saya berkunjung ke Sumenep selain untuk memenuhi undangan sebagai instruktur, juga untuk mengenal lebih dekat lagi kuliner, tempat wisata dan kebudayaan Sumenep --kabupaten paling timur di pulau Madura. [caption id="attachment_114758" align="aligncenter" width="282" caption="Logo Kabupaten Sumenep"][/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="221" caption="Courtesy of www.damonchernavsky.com"][/caption] Namun baru kali ini saya tertarik dengan logo kabupaten Sumenep yang menampilkan kuda jingkrak ala Ferrari. Berbeda dengan kuda Ferrari, gambar kuda pada logo kabupaten Sumenep memiliki sayap. Hal ini ada kemiripan dengan bentuk kuda yang ada pada mitologi Arab yaitu Burouq. Namun pada Burouq, kuda bersayapnya digambarkan memiliki kepala manusia bermahkota. Saat saya mengunjungi musium kabupaten Sumenep, gambar kuda yang digunakan pada logo kerajaan Sumenep pasca datangnya VOC (pemerintah Belanda), lebih mirip kuda Unicorn. Unicorn adalah kuda dalam mitologi barat, berwarna putih, memiliki sayap dan bertanduk runcing di kepala. [caption id="" align="aligncenter" width="250" caption="Courtesy of sangtawal.blogspot.com"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Unicorn (Courtesy of www.unicornlady.net)"][/caption] [caption id="attachment_114762" align="aligncenter" width="400" caption="Lambang Kerajaan Sumenep"][/caption] Menurut Pak Ramli -- petugas pada musium Sumenep, logo Kerajaan Sumenep yang dibuat sekitar abad 19 tersebut dipengaruhi oleh 3 unsur, yaitu unsur Belanda dengan bantuk mahkota, unsur Cina dengan bentuk naga dan unsur Arab dengan bentuk kuda bersayap. Namun saya sendiri kurang yakin dengan unsur yang ketiga melihat dalam mitologi Arab, kuda bersayap tidak digambarkan memiliki tanduk. Kuda Bersayap Milik Jokotole Rasa keingin tahuan saya sebenarnya adalah pada cerita atau mitologi dibalik keberadaan kuda jingkrak bersayap tersebut. Pasti ada alasan yang kuat sehingga mengapa kuda bersayap tersebut digunakan sebagai maskot oleh masyarakat sumenep sebagai logo utama. Petunjuk pertama saya dapatkan dari Pak Basri, PNS dilingkungan UPT SKP Pemkab Sumenep. Menurut Pak Basri, kuda bersayap tersebut milik Jokotole, seorang tokoh dalam kerajaan Sumenep. Kuda itu sendiri dikenal dengan nama Mega Remeng.  Mega sendiri berarti  awan, sedangkan remeng berarti kurang jelas. Namun Pak Basri tidak bisa menceritakan bagaimana sepak terjang Jokotole dengan kuda terbangnya tersebut. [caption id="attachment_114766" align="aligncenter" width="600" caption="Gerbang Asta Tinggi - Makam Para Raja Sumenep"][/caption] [caption id="attachment_114767" align="aligncenter" width="600" caption="Prasasti dalam Asta Tinggi"][/caption] [caption id="attachment_114768" align="aligncenter" width="600" caption="Bangunan Makam Para Raja"][/caption]
Beruntung saya diajak Pak Pardi (kasubid BKD) dan Mas Maman (staf BKD) mengunjungi Asta Tinggi. Asta Tinggi adalah kuburan raja-raja Kerasaan Sumenep yang letaknya memang tinggi di atas bukit. Lebih beruntung lagi, saya menemukan buku berjudul "Sejarah Madura - Selayang Pandang" dengan penulis Dr. Abdurachman yang dijual oleh juru kunci Asta Tinggi. Di dalamnya berisi sejarah Madura lengkap dengan gambar beberapa bangunan peninggalan kerajaan Sumenep dalam gambar hitam-putih. Menurut buku tersebut, Jokotole yang memiliki saudara bernama Jokowedi, merupakan putra dari Adipoday dengan Dewi Saini alias Potre Koneng (Putri Kuning). Adipoday dan Potre Koneng ini tidak menikah secara fisik, tetapi secara batin. Mereka bertemu hanya di dalam mimpi. Kedua orang tua Jokotole ini sama-sama sakti karena suka bertapa. Setelah Jokotole besar, Jokotole bertemu dengan pamannya yang bernama Adirasa. Dari pamannya inilah Jokotole mendapatkan hadiah seekor kuda hitam bersayap dan sebuah cemeti (pecut) milik dari Ayahnya (Adipoday). Jadi kuda Jokotole berwarna hitam, sedangkan Unicorn berwarna putih. Namun pada penggambaran logo berwarna kuning keemasan. Alkisah pada kurang lebih tahun 1415, suatu hari datanglah seorang panglima perang dari negeri Cina yang bernama SamPo Tua Lang (bahasa jawa menjadi Dempo Abang). Panglima ini bermaksud menaklukkan raja-raja yang ada di tanah Jawa dan Madura. Konon, Dempo Abang ini memiliki kesaktian yang luar biasa, bahkan kapal yang dinaiki saja bisa berlayar di lautan dan terbang di udara. Jokotole yang sat itu menjadi raja dan bergela Pangeran Secodiningrat III, mencoba menghentikan sepak terjang si Dempo Abang. Dengan mengendarai kuda terbangnya, Jokotole menyerang kapal 'terbang' Dempo Abang. Saat tiba di dekat kapal tersebut, Jokotole menarik tali kekangnya hingga si Mega Remeng tersebut berjingkrak mengangkat kaki depannya. Gambaran inilah yang digunakan pada logo kuda jingkrak Kabupaten Sumenep. Akhirnya Jokotole dapat menghancurkan armada Dempo Abang dengan lecutan cemetu saktinya. Hingga saat ini, beberapa perguruan silat di Madura, menggunakan cemeti sebagai salah satu senjata andalan. Gambar kuda terbang tersebut suah digunakan sejak lama. Bahkan di pintu gerbang yang dibuat oleh Jokotole, kuda terbang itu juga sudah digambarkan. Sedangkan di Asta Tinggi, gambar kuda terbang dapat ditemui pada cungkup (tutup) termasuk juga pada logo kerajaan yang saya foto dari musium Sumenep. Demikian kisah mitologi dari penggunaan si Mega Remeng sebagai logo utama Kabupaten Sumenep.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H