Mohon tunggu...
Choiriyah
Choiriyah Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Do what you love and love what you do

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Jengkol di Kalangan Anak Zaman Now, Bau atau Gengsi?

19 Mei 2021   00:04 Diperbarui: 19 Mei 2021   01:42 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal dengan jengkol,  kelompok buah polong-polongan  yang satu ini sangat dikenal dari berbagai kalangan baik masyarakat menengah atas maupun bawah. Rasa dan bau yang khas menjadi  menu masakan favorit yang bisa diolah dengan berbagai bumbu seperti rendang jengkol, semur jengkol, balado jengkol,dll. Menurut KBBI online, jengkol merupakan buah yang berbentuk gepeng, bundar polong, berbau tidak sedap dan dapat mengakibatkan sakit saat buang air kecil jika di konsumsi berlebihan.

Olahan jengkol dapat dipadu-padankan dengan menu masakan lain seperti nasi uduk. Di Jakarta menu nasi uduk biasanya di tambahkan dengan semur jengkol.  Jengkol secara turun temurun disukai oleh berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat betawi terutama sangat menyukai menu olahan jengkol. Olahan jengkol biasa dicampur dengan nasi uduk dan nasi biasa pada umumnya.  Nama jengkol di setiap daerah berbeda-beda. Di Jawa timur atau Jawa Tengah jengkol mereka sebut "jingkol"  di Padang Sumatra Barat disebut  "jariang" , di Sumatra Utara disebut "joring",  di Aceh disebut "jering" , di Lampung disebut "jaring" , di Bali disebut "blandingan", di Sulawesi  Utara disebut "Lubi".  

Jengkol yang memiliki nama latin Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum tidak hanya di jadikan olahan masakan di Indonesia saja. Negara Asia lainnya seperti Thailand dan Myanmar juga menjadikan jengkol berbagai menu masakan. Jengkol merupakan jenis  tanaman tropis Asia Tenggara. Tanaman buah jengkol ini tumbuh di lereng-lereng gunung, pekarangan masyarakat Sumatra Barat. Sama halnya di Jakarta masyarakat betawi menanam pohon jengkol di sekitar halaman rumah mereka. Sehingga Jakarta merupakan daerah yang terkenal dengan semur jengkolnya.Tidak hanya dijadikan olahan masakan, jengkol juga bisa di jadikan camilan seperti keripik jengkol dan kerupuk jengkol. Meskipun menimbulkan bau yang tidak sedap, jika sudah menjadi  masakan atau kudapan lainnya jengkol tetap digandrungi oleh sebagian masyarakat.

Di kalangan anak jaman now, tidak asing dengan nama " jengkol", akan tetapi mereka akan memilih Fast food atau Junk food yang merupakan makanan trend saat ini,  juga makanan yang tidak mengandung resiko jika dimakan. sedangkan jengkol menimbulkan bau yang khas ketika di makan. Tentunya akan mempengaruhi kepercayaan diri ketika berkumpul dengan rekan mereka  lainnya. Selain itu, jengkol  juga identik dengan makanan murahan, makanan masyarakat miskin atau pinggiran.

Anak jaman now, kalian  jangan khawatir untuk makan jengkol, banyak teknik memasak agar jengkol tidak menimbulkan bau yang menyengat. Yaitu, direndam dengan air kopi, setelah di rendam ketika di rebus jangan lupa tambahkan daun salam dan sereh, setelah di rebus dan empuk bisa diolah sesuai selera. Selain itu, banyak juga produk olahan instan yang bisa langsung dimakan, tanpa harus repot memasaknya.  Belum lama ini  terbukti  harga jengkol di pasar sempat melonjak melebihi harga ayam. ini berarti, jengkol menjadi lauk pauk yang paling di sukai oleh sebagian masyarakat dan tidak menjadi ukuran yang menyukai masyarakat miskin saja. Orang menengah atas pun mereka menyukai jengkol. Jadi tidak perlu gengsi untuk makan jengkol karena semua kalangan suka jengkol. Bagi kesehatan, jengkol juga sangat bermanfaat terutama bagi mereka yang memiliki penyakit diabetes. Kandungan yang terdapat didalam jengkol bisa menurunkan kadar gula darah. Walaupun, jika dikonsumsi berlebihan bisa menimbulkan penyakit lainnya. Jengkol bisa dijadikan bisnis bagi masyarakat, sehingga secara tidak langsung membantu UKM, UMKM dan perekonomian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun