Mohon tunggu...
Nindya Chitra
Nindya Chitra Mohon Tunggu... Novelis - Pengarang dan Editor Paruh Waktu

Hubungi saya di Instagram atau Twitter @chitradyaries

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Anak dari Korban Perkosaan dalam Novel Gerimis di Mata Rinai

1 Maret 2022   14:51 Diperbarui: 1 Maret 2022   16:01 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rating: 4.0/5.0

 

Blurb:

Senandung Rinai, seorang anak hasil perkosaan lima belas tahun yang lalu, terpaksa tumbuh tanpa mengenal cinta dan kasih sayang. Ia besar tanpa mengenal musim, yang ia tahu hanya air mata. Gadis malang ini mahir menenggelamkan kesedihan dalam bahasa paling rahasia.

Entah apa yang ada di pikiran Sabai Rangkuti ketika ia dengan sengaja mengabaikan keberadaan buah hatinya dan mencoba mengelabui seisi dunia dengan tidak mengakui serta menerima keberadaan Rinai. 

Bagi Rinai, laju waktu hanyalah gerimis yang kerap menjelma lebat dalam satu tarikan napas hingga tak mampu hadirkan indahnya lengkung bulan sabit pada muram wajahnya. Pertarungan di dadanya terlalu sengit, sementara bising di kepala kian menggigit.

Hingga Syamsu, seseorang dari masa lalu Sabai kembali hadir dan mengubah semua suratan takdir dengan mengadang badai lain sekuat yang ia bisa, demi menebus dosa masa lalunya.

Apakah hubungan ibu dan anak ini bisa saling mendamba seperti seharusnya? Apakah suratan takdir akan menyuguhkan lembaran baru yang mampu menyatukan hati mereka?

 

"Namun, aku sadar. Tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan diri sendiri."

Pertemuan saya dengan naskah ini dimulai dari pertemanan dengan sang penulis, Aluna Aksara. Setelah pernah menyunting novelnya yang berjudul Dari Rindu kepada Kenang, Aluna kembali memberi kepercayaan untuk menangani novel Gerimis di Mata Rinai ini, yang mana ide ceritanya bisa dibilang unik, nyata, dan cukup sensitif. Namun yang selalu lekat dan menjadi ciri khas Aluna tak pernah hilang: kehadiran puisi-puisi cantik yang menambah penghayatan pada cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun